EPS 24 : Jangan Jadi Asing

212 39 0
                                    

Telah direvisi pada 12 April 2024

"Anyway don't be a stranger"
-Scott Street, Phoebe Bridgers

...

DI lorong kelas yang lengang Jian berkinja-kinja sambil bernyanyi seakan-akan baru saja mendapatkan lotere. Hari ini ulangan harian Fisika dan Wakil ketua itu bertaruh nasi geprek dan es jeruk dengan Mila—sekiranya jika bisa mengungguli gadis freak itu saat ulangan nanti.

Disebabkan lawan yang dia hadapi adalah Mila, maka dia belajar sungguh-sungguh supaya bisa mengalahkan si master FEM—Fisika Ekonomi Matematika. Siapa tahu dia bisa menjelma sebagai Yola, orang kedua yang mengalahkan Mila.

Semua Jian sapa, termasuk para tanaman hias kesayangan Kepala Sekolah—meski sempat dikira kurang waras oleh staf sekolah. Jian memang seperti itu, kalau merasa senang biasanya melakukan hal-hal yang membuat geleng-geleng kepala.

“Bebi aim ... dancing in the dak ....” Terus berkinja-kinja sedangkan ia telah melewati ruang kelasnya, tanpa sadar menelusuri setiap ruangan dengan suara nyanyiannya yang bergema.

“Bit yu bitwin mai yam ... Bierfor ton the grass ...ngising tu ouer fefrit song ....” Jian menari di tengah-tengah lapangan basket.

Mengambil mangga yang baru saja jatuh dari pohon dan memasukkannya ke dalam tas, lumayan ada persediaan makanan di kelas, kemudian kembali meneruskan nyanyiannya.

“When you seen you look to miss, I miss berander in my bit. But you hear dit darling, yu luk ...perfect tonight ...teng teng teng teng teng teng teng teng ....”

Lagu Perfect milik Ed Sheeran versi India itu diakhiri dengan gaya ala orang Prindavan. Salah satu OB yang melihat Jian dari jauh hanya bisa menggelengkan kepala. Bocah edan, batin OB tersebut lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

“Duh jadi inget ay—Sadara.” Jian berbalik bada, “Lah, gue tadi mau ke kelas, kok bisa sampe ke lapangan? Balik lagi dong.”

『✎﹏ 』

“Hari ini cerah, secerah masa depan.”

Jessica berjalan riang di gang sempit sebelah SMA Angkasa. Dari rumah ke sekolah memang dekat, Jessica biasanya mengendarai motor ke sekolah jika ada acara sekolah atau detik-detik bel masuk akan berbunyi.
Gang sempit dan sunyi tak membuat anak paskibraka itu takut bayang-bayang sama sekali karena sudah terbiasa melewatinya.

Sekali-sekali memandang baik-baik bangunan SMA Angkasa dari balik dinding pembatas, suara siswa-siswi SMA Angkasa bahkan bisa didengar dari dalam sana. Timbul kembali dalam pikiran mengenai harapan besarnya, berharap diterima di SMA dengan tingkat penerimaan murid baru paling ketat waktu itu.

Banyak cibiran yang gadis itu dapatkan perihal tak akan bisa diterima di SMA Angkasa. Namun mereka salah, Jessica lolos seleksi digelombang kedua dan dia juga lolos tes akselerasi. Usahanya membuahkan hasil.

Jessica terus berpaku pada kalimat yang ayah ucapkan, Kalau ingin menggapai sesuatu memang harus siap dengan nyinyiran orang di sekitar kita. Kalau menuruti omongan orang lain, ya kita nggak akan bisa berkembang menjadi lebih baik lagi.
Langkah kaki Jessica terputus ketika melihat gadis seusianya dengan penampilan bagaikan preman sekolah itu berdiri menyandar tiang listrik.

✔️ Pelosopi '04 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang