Eps 28 : Belajar Bersyukur

216 36 1
                                    

Direvisi pada 28 Februari 2023

"Kekosongan yang tak ada padaku membuatku iri pada orang lain. Yang kamu miliki sama sekali tak ada pada mereka"
-Beautiful, NCT

...

JIHAN melepas helmnya dengan perasaan kesal. "Lo pengen cepet mati ha?!"

Jayendra merapikan rambutnya lalu menoleh ke arah gadis itu. Jihan memutar bola matanya malas sambil menggelengkan kepala.

"Gue tau lo rajin ibadah, sayang Tuhan. Kalo mau ketemu Tuhan, jangan ajak-ajak gue b*ngs*t! Gue belum ngerjain PR Ekonomi!" kesal Jihan kemudian memukul lengan pemuda itu dan pergi menuju kelas.

Tentu saja Jihan kesal, kapan-kapan dia tidak akan menerima tawaran tumpangan dari Jayendra lagi. Mendahului truk gandeng, ngebut hingga membuat jantungnya kembang kempis-berharap malaikat maut tidak membawanya pergi dari dunia tipu-tipu ini.

Sungguh ketua OSIS satu ini, apakah dia tidak tahu rasanya jadi buronan polisi atau bagaimana? Terlebih-lebih pula, Jayendra masih enam belas tahun sama sepertinya, untung saja tidak ada polisi yang mengatur lalu lintas.

Jayendra yang melihat si Sekertaris itu berjalan sambil menghentakkan kaki langsung tertawa kecil. Kalo marah lucu. Turun dari motor lalu berlari mendekati Jihan, meskipun kehadirannya masih membuat gadis itu kesal karena membawa motor ugal-ugalan.

Jayendra sudah biasa mengendarai motor dengan kecepatan yang menurutnya normal. Padahal kalau kata Jihan, Jayendra kalau mengendarai motor sama halnya dengan mengikuti balapan di Mandalika. Benar-benar ketua OSIS yang tidak pantas untuk ditiru.

"Woi cebol, tungguin gue!" teriak Jayendra seraya menarik tas Jihan dari belakang.

Jihan langsung memijak kaki seseorang yang menarik tasnya dari belakang, tak mempedulikan Jayendra yang menyumpahi dirinya berulang kali. "Sekali lagi manggil gue gitu, gue santet lo!"

"Santet aja nggak papa," balas Jayendra santai, sedangkan Jihan kembali memutar bola matanya-malas meladeni temannya satu ini.

"Stres." cibir Jihan kembali menginjak kaki si Ketua.

『✎﹏ 』

Yasha merapikan rambutnya, berjalan cepat menuju kelas karena tak sabar ingin meneruskan melihat drakor kesukaannya. Waktu melalui lapangan, tak sengaja melihat Yola duduk seorang diri di depan air mancur. Gadis itu terus menunduk. Yasha sampai mengernyit heran, tidak biasanya Yola sendirian sambil mencabut rumput di sekitar tempat duduknya. Jadi dia memutuskan mendekati si Paparazi sebentar.

Yola berhenti mencabut rumput saat melihat seseorang berdiri di depannya, saat menengok ke atas ia sempat terkejut karena wajah Yasha yang memperhatikannya seperti ini serupa dengan hantu yang biasanya ada di lab Fisika.

"Eh Yasha. Sore, Neng," sapa Yola seraya membersihkan telapak tangannya.

Yasha mengangguk masih dengan ekspresi datar dan mengangkat tangan. "Malam juga, Tante," balasnya lalu duduk di sebelah Yola.

Suasana menjadi canggung, Yasha rasanya ingin membawa Jihan ke sini untuk melenyapkan hawa-hawa tidak mengenakkan ini. Yasha bukanlah tipe orang yang sekali datang langsung sok akrab, tanya ini dan itu lalu tertawa. Lebih-lebih lagi, MBTI-nya dengan Yola benar-benar bertolak belakang, tak begitu dekat dengan Yola, berbicara hanya untuk menanyakan tugas dan selesai.

✔️ Pelosopi '04 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang