EPS 18 : I Gave So Many Signs

250 42 0
                                    

Dipublikasikan pada 20 Agustus 2022
Direvisi pada 4 September 2022

W A R N I N G

Bagian ini mengandung kekerasan dan ujaran kebencian, aksi menyakiti diri sendiri atau pikiran untuk bunuh diri harap bijak dalam membaca

Song recommended:
Gael Garcia Bernal- Remember Me (Lullaby)

"Remember me, though I have to say goodbye, remember me"

...

DI ruang tamu, Mama sedang mengawasi Lakshmi mengerjakan latihan soal. Anak berusia sebelas tahun itu memberikan buku tulisnya pada sang Mama dengan perasaan takut.

Usai memeriksa jawaban anaknya, wanita itu mengembalikan buku tulis milik si bungsu. “Kamu salah lagi!”

Galuh baru saja pulang sekolah langsung diam tidak bergerak menyerupai patung, mengetahui adiknya kembali dimarahi dan Mama kembali melanggar janji.

“Kakakmu ngerjain gini aja bisa, bahkan dulu umur kakakmu jauh lebih muda darimu waktu itu,” kesal Mama seraya menunjuk buku latihan soal milik si bungsu.

Lakshmi mengulumkan bibir saat Mama kembali membandingkan dirinya dengan sang kakak. Galuh menghela napas kasar dan berjalan mendekati Mama, menyerahkan hasil ujian yang baru saja keluar.

“Ini hasil ujian Matematika.” Seperti biasa, Galuh mendapatkan nilai sempurna. Mama membaca hasil ujian si sulung dengan raut muka puas.

“Mama janji bakal biarin Lakshmi lakuin apa pun yang dia mau.”

“Mama mau Lakshmi harus kayak kamu,” balas Mama sedangkan Lakshmi masih sibuk menghitung hasil yang benar.

“Harus bisa kayak aku?” Galuh menjeda kalimatnya, “Kita udah sepakat, aku harus masuk Hukum UI gimanapun caranya, asal Lakshmi bisa lakuin apa pun yang dia mau.“

Galuh langsung mengambil pulpen milik Lakshmi, adiknya yang saat itu masih berusia sebelas belas tahun itu langsung menengok ke arahnya dengan penuh tanda tanya.

“Kamu nggak perlu lakuin ini. Katanya mau nonton film bareng Kakak, kan? Ayo kita pergi,” ajaknya kemudian merapikan buku-buku milik si bungsu dan mengajaknya pergi.

Kakak ingin lindungi kamu dari mereka, batin Galuh seraya mengusap air matanya.

Beberapa hari kemudian, Lakshmi kembali mendapati Galuh sedang beradu mulut dengan Mama setelah pulang les. Mama tidak punya rasa belas dan kasihan sama sekali, pikirnya. Galuh penat karena dari pagi hingga malam terus belajar tanpa henti di luar rumah, dan kini dia dimarahi lagi dan lagi.

Apa lagi yang kurang cukup bagi mereka berdua?

“Kamu pikir dapat nilai delapan puluh lima itu bagus?! Bagaimana bisa nilai kamu turun?!” Mama menampar pipi Galuh dan menyobek kertas hasil ujian yang sudah susah payah ia dapatkan.

Lakshmi hanya bisa diam mengintip dari balik pintu, ia masih terlalu kecil untuk menyelamatkan Galuh sebagaimana yang selalu kakaknya lakukan untuknya. Mendadak Lakshmi tak bisa bernapas dengan baik, melihat Galuh kembali beradu mulut dengan Mama dan Ayah di depan kedua matanya sendiri.

✔️ Pelosopi '04 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang