EPS 39 : They Remember U When U're 17

132 18 0
                                    

The hidden chapter was published

"Berbaring tersentak tertawa, tertawa dengan air mata. Mengingat bodohnya dunia, dan kita yang masih saja berusaha"
-Beranjak Dewasa, Nadin Amizah

...

PUKUL 23.40

Jihan masih fokus mengerjakan soal latihan untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri jalur tes, suasana malam yang hening membuatnya bosan dan mengantuk. Tak ada radio apalagi ponsel yang bisa menemaninya mengerjakan ratusan soal itu. Tiba-tiba terdengar suara seseorang melempari jendela kamar dengan batu kecil berulang kali. Jihan tersenyum dan langsung menutup buku tebal yang membuatnya pusing itu dan langsung membuka jendela.

Di luar kamar ada Jayendra yang tersenyum ke arahnya. “Beneran begadang ternyata. Gue kira nggak bisa.”

Jihan memasang ekspresi datar. “Asal lo tau ye, babi amazon, gue udah sweet seventeen. So don’t treat me like a child.”

Laki-laki itu memutar bola matanya sambil melipat kedua tangan. “Cih, belum waktunya kali.”

Jihan langsung mengambil jaket dan diam-diam keluar melalui jendela kamar. Dua remaja itu pergi mengendap-endap seperti maling yang berhasil merampok.

“Udara tengah malam segar banget!!” teriak Jihan sambil merenggangkan tangan, membiarkan angin malam membelai lembut rambutnya.

Jayendra yang berjalan di belakangnya hamya bisa tersenyum. Senang melihat kekasihnya itu bisa bebas keluar rumah di luar jam sekolah. Sesekali gadis itu menyapa kucing jalanan yang lewat, memberitahunya jika barusan ada bintang jatuh. Kalau ditanya, bagaimana jika tiba-tiba ada hantu datang? Kata Jihan, diajak deeptalk saja sambil minum kopi. Sekalian biar tahu bagaimana rasa pahitnya kehidupan.

Jayendra berlari kecil dan langsung menggenggam tangan Jihan, “Dilihat-lihat dong kalo jalan. Ada genangan air di depan.”
Jihan langsung menunduk dan benar kata Jayendra, kedua kakinya hampir menginjak genangan air.

Jayendra baru saja keluar dari dalam mini market, dengan membawa dua minuman isotonik dan beberapa makanan ringan yang ia beli dengan uangnya sendiri.

“Bentar, tutup mata dulu ya,” perintahnya dan langsung dituruti oleh Jihan.

Saat gadis itu menutup mata sambil tersenyum, Jayendra ikut tersenyum dan mengeluarkan brownies yang sudah ia bawa dari rumah. “Sekarang buka mata lo.”

Perlahan Jihan membuka matanya dan terharu dengan hadiah yang sudah Jayendra siapkan. Tertawa melihat kekasihnya itu menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun, sambil memegang ponsel yang menampilkan sebuah lilin digital. Hari ini ulang tahunnya, namun Jihan belum pernah mendapat perlakuan manis selama tujuh belas tahun ini.

Jayendra menghela nafas berat seolah merasa bersalah. “Sayang banget gue lupa beli lilin, jadi niupnya pake lilin digital.”

Dua remaja itu tertawa di tengah sepinya kota malam itu. Brownies, penjaga toko yang tengah menghitung stok barang, jalanan yang sepi akan menjadi saksi dua remaja yang tengah dimabuk asmara. Tak perlu lagi merasa takut jika hubungan mereka ketahuan oleh murid-murid di sekolah, tidak ada suara jepretan kamera milik Yola, tak ada lagi yang akan mengejek mereka yang merupakan definisi dari menelan ludah sendiri.

✔️ Pelosopi '04 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang