EPS 37 : Galaunya Anak Kelas Dua Belas

97 14 0
                                    

The hidden chapter was published
Dipublikasikan pada 2 Juli 2023
Belum direvisi

"Ucapkan terima kasih kepada orang yang ngebuat lo ketawa di sekolah dan selalu menghibur waktu lo lagi sedih"

...

SUARA ketukan pulpen memecahkan keheningan ruang Bimbingan Konseling, Jessica terus memandangi kaos kaki putihnya dengan perasaan gugup. Bu Mahira menghela napas kasar, kemudian merubah posisi duduknya menghadap Jessica.

"Nilai-nilai kamu tidak mencukupi untuk bisa masuk ke universitas yang kamu tuju. Kamu juga tau itu, kan? Makanya kamu datang ke sini untuk meminta saran saya," jelas Bu Mahira seraya menunjukkan selembar kertas berisi daftar nilai di setiap mata pelajaran dari semester satu hingga lima, lalu ada pula pilihan universitas dan program studi di sana.

"Saya tidak memaksa kamu untuk pilih prodi atau kampus lain yang berlainan dengan impianmu, Jessica. Tapi karena kamu ingin berkuliah di UNPAD, maka saya memberikanmu pilihan kalau dilihat dari kondisimu saat ini."

Jessica beralih memperhatikan Bu Mahira yang sudah membuat keputusan tentang pilihan mana yang akan dia ambil nanti.

"Bukannya lebih baik kalau kamu ...." Bu Mahira mengusap pundak Jessica, "Ambil prodi dan kampus yang sesuai dengan nilaimu?"

"Saya ... belum memutuskan untuk ambil prodi lain selain itu, Bu," jujur Jessica seraya memainkan kuku jarinya.

"Saya paham kalau kamu sedikit terlambat dibandingkan yang lain, tapi saya sarankan untuk ambil prodi lain yang sesuai dengan nilaimu."

Jessica menelan ludahnya dan mengangguk paham. "Akan saya pertimbangkan lagi. Terima kasih untuk sarannya, Bu."

Pengumuman Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri telah dibuka, sudah waktunya menentukan prodi dan perguruan tinggi mana yang akan dituju.

Di lab fisika, Jayendra dan anak-anak buahnya mulai galau. Peringkat eligible telah keluar. Mereka memang berada di peringkat atas, sedangkan kakak kelas ada di bawah mereka. Itu bagus, karena jika ada siswa dengan peringkat bawah mengambil prodi yang sama dengan akselerasi IPA dan IPS, terpaksa siswa yang ada di bawah mereka harus mengalah karena perbedaan nilai yang jauh.

Lagi pula anak-anak Pelosopi akan selalu menang melawan kakak kelas karena perbedaan nilai yang jauh. Masalahnya, kali ini saingannya bukan kakak kelas lagi, tapi teman satu kelas. Apa yang pernah Ketua OSIS itu katakan dahulu terbukti benar, banyak kanibal yang memakan temannya sendiri.

"Lo beneran mau ambil Psikologi UB?" tanya Bimala pada Jayendra yang juga mengambil prodi dan universitas yang sama dengannya.

Jayendra mengusap tengkuknya. "Ibu gue yang minta, tapi hati gue tetap HI UNHAS."

"Ya udah lo ambil HI aja. Lo tau, kan, Psikologi itu impian gue sejak kematian Lakshmi dulu?"

"Tapi gue nggak bisa, Bim. Itu juga impian ibu gue sejak gue duduk di bangku SMP. Lo harus mengalah, peringkat gue, kan, di atas lo."

Bimala mengulumkan bibirnya, mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas panjang. "Never."
Nyatanya, yang pintar akan selalu menang.

"Lo ambil apa, Jess?" tanya Mila pada Jessica namun anggota paskibra itu menggeleng sebagai jawaban.

"Rahasialah! Gue, kan, peringkat terakhir, entar lo malah ikut-ikutan kayak gue," balasnya sedangkan Mila hanya tertawa kecil meskipun dalam hati rasanya ingin menjulid.

"Satu universitas juga nggak? Gue di UI," jujur Mila.

Hira refleks menoleh ke belakang. "Tinggi banget buset! Lo yakin mau ke UI, Mil?"

✔️ Pelosopi '04 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang