Eps 11 : Pada Zaman Dahulu .... (3)

279 40 4
                                    

Dipublikasikan pada 02 Agustus 2022
Direvisi pada 02 September 2022

"If you think no one care about you, remember I do"

『✎﹏ 』

HARI ini sebenarnya ada lomba antar kelas atau biasa disebut class meeting, dan diikuti oleh semua jurusan dan angkatan. Boleh jadi hari ini tidak ada pelajaran, alias banyak jam kosong.

Sayangnya class meeting tidak dikenakan untuk kelas akselerasi, mereka tidak dibolehkan untuk ikut dan belajar seperti biasa. Kalau tidak ikut upacara, anak-anak akselerasi tentu akan menerima dengan ikhlas lahir dan batin, tetapi seandainya tidak diizinkan ikut class meeting mereka tidak terima.

Anak-anak akselerasi IPS sampai bersedia dengan ikhlas hati membuang waktu hanya untuk demo ke Pak Daru selaku wali kelas mereka. Yang ada, Guru Sosiologi itu malah memberikan mereka permen jahe agar berhenti meminta keterangan kenapa kelas akselerasi tidak boleh ikut. Tanpa diberitahu harusnya sudah tahu jawabannya.

Padahal untuk lomba drama wajib antar kelas, Yasha dan Yakshara telah menyiapkan judul "Azab Mengeluh Setiap Pelajaran, Matinya Tertimbun Buku Perpustakaan" yang tentu akan jadi juara satu.

Delapan menit sebelum bel berbunyi, suasana kelas yang awalnya hening dan berasa hendak tidur, mendadak berubah usai datangnya Jian.

"Bimala kesel meteor!"

"Heh, kalian udah ngerjain kuis Matematika?!"

"Anj—" Mila menarik napas panjang seraya mengelus dada, melihat Jian baru saja membuka pintu tanpa aba-aba, terlebih-lebih pula posisinya ada di depan pintu.

"Sabar, Mil. Orang sabar nanti lolos PTN,” lirihnya.

"Belum,” sahut Hira. "Nggak ngeh gue sama babnya, makanya nggak gue kerjain,” lanjutnya masih ada peluang untuk tertawa.

"Gue udah, sih,” balas Yakshara sembari mengerjakan tugas Fisika yang harusnya dijadikan dikerjakan di rumah. Tetapi karena ia kerjakan di sekolah, berarti namanya pekerjaan sekolah.

Jangan kira anak akselerasi contoh murid disiplin dan rajin, nyatanya itu pembohongan publik. Tidak semua yang ada dipikiran kalian mengenai akselerasi itu benar. Seperti kata Jayendra, Manusia tempatnya salah dan lupa. Mereka juga murid biasa yang masih sering mengerjakan tugas rumah di sekolah, alasannya cukup klasik, lupa.

Yola berbalik badan ke arah Yakshara. "Salah berapa?"

Si Bendahara diam beberapa saat, lalu menjentikkan jarinya. "Salah tiga."

"Halah, masih banyakan punya gue salahnya,” kata Yola sembari mengibaskan tangan dengan nada bicara seolah-olah sedang membanggakan diri.

"Berapa emang punya lo?"

"Dua."

Yakshara langsung memasang ekspresi datar sembari menggaruk pipi. "Lo kalo mau dipukuli terus terang aja, Dek. Tangan gue udah ready, nih."

"Soalnya ada berapa, sih?” tanya Lakshmi yang masih fokus mengerjakan tugas sekolah Sejarah Wajib, dan menyadari jika dirinya juga belum mengerjakan kuis yang diberikan Bu Vivi malam kemarin.

"Tujuh belas,” balas Yola yang ada di bangku nomor dua dari depan.

"Halah cuma tujuh belas, gue mau bantuin mbak Teh Pocoy dulu," pamit Jian yang sedari tadi memeluk pintu dari samping.

✔️ Pelosopi '04 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang