6. Tantangan di Arena.

22.5K 1.8K 254
                                    

Junghwan sedari tadi terus mendekap erat tubuh Haruto yang bergetar hebat, Tadi saat sesampainya ia di rumah ponsel miliknya berdering, sebenarnya Junghwan sedikit terkejut saat nama Travis terpampang di layar ponsel.

Setelah perdebatan yang cukup sengit Junghwan pikir Travis akan menjauhinya, tapi ternyata Travis menghubungi Junghwan karena Haruto yang tak juga berhenti menangis.

Haruto terisak pilu didalam dekapan Junghwan, anak itu akan mengamuk jika Travis mendekat kearahnya.

Buka berlebihan, hanya saja Haruto tak pernah mendapatkan perlakuan kasar sedikitpun sedari ia masih kecil.

Hidup Haruto selalu di penuhi kasih sayang, bahkan Haruto selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Selama ini Haruto tergolong anak yang patuh, tidak seperti Travis yang pembangkang.

Jadi wajar saja Haruto kini begitu ketakutan saat melihat wajah kakak kembarnya, ia tak pernah menyangka bahwa Travis akan berbuat sekasar itu.

Travis benar-benar menyiksa fiksinya, dan mungkin saja setelah ini jiwa Haruto terguncang hebat.

Travis akui ia memang salah, hanya saja bukan ini yang ia maksud. Ia tak ingin Haruto takut padanya, saat bangun pun Haruto terus menjauh dan menyebut nama Junghwan.

Travis hampir kembali dikuasi oleh emosi, namun jika ia terus bertindak lebih dari tadi, mungkin Haruto akan benar-benar mati.

Travis, sangat sulit mengontrol emosi.

Jadi saat ini ia lebih memilih untuk meninggalkan Haruto dan Junghwan di rumahnya, tak apa, Junghwan tak akan berani berbuat lebih. Kamar Travis penuh oleh CCTV, jadi ia masih bisa melihat Haruto lewat layar ponsel.

"Sudah ya? Nanti mata kamu bengkak"

Haruto yang masih sesegukan mengangguk kecil, menyembulkan wajahnya untuk melihat Travis masih ada di kamar mereka atau sudah keluar.

"Tidak, dia sudah pergi"

Haruto mendongkak menatap Junghwan, matanya kembali berkaca kaca.

Junghwan merasa tak tega, wajah Haruto di penuhi oleh lebam dan darah yang sudah mengering, dan juga bekas cekikan yang membiru terlihat jelas.

Pasti sangat menyakitkan.

"Takut... " Cicit Haruto pelan.

Bayangan di mana Travis menyiksanya kembali datang, Haruto mendekap Junghwan seerat mungkin.

"Sttt... Ada aku Haru, lihat.. " Junghwan mengangkup pelan kedua pipi Haruto, tidak ingin menyakiti kesayangannya.

Bola mata Haruto yang menatap Junghwan dengan gelisah, tak seperti tadi siang yang begitu memancarkan kebahagiaan.

Tawa yang Junghwan lihat tadi pagi, kini seakan lenyap.

Haruto yang lugu, terlihat ketakutan.

"Jangan pernah takut lagi, aku akan selalu ada untuk kamu" Junghwan menghapus air mata yang mengalir di kedua pipi Haruto.

Mata indah yang sedari tadi tak henti-henti mengeluarkan air mata

Cup

Cup

Junghwan mencium mata Haruto yang terpejam, ia tersenyum lembut.

"Suka"

"Hah?"

Haruto kembali mendongkak, kemudian menunjuk sesuatu yang melingkar di leher Junghwan "Haru suka, kalung juju cantik"

Juju

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang