SW - 8

27.8K 2.9K 238
                                    

Renjun tampak senang bermain dengan Woobin yang berada dalam gendongannya, sementara Haechan bersama Jaemin duduk dikursi dibawah pohon beringin tak jauh dari tempat mereka bertemu.

Keduanya mendengarkan Jaemin bercerita bagaimana akhirnya dia bertemu Jeno dan berakhir menikah dengan pria itu.

"Bagaimana pun, disini lebih baik dari pada di penjara" Gumam Jaemin dengan senyum kecut membuat Haechan dan Renjun iba.

"Dia masih memberiku makan, pakaian bagus, aku hanya harus mengabdi padanya sebagai ganti mendiang istrinya"

"Sunbaenim, tapi malam itu kan Sunbaenim tidak sengaja. Bukan berniat membunuh istrinya" Dengus Renjun.

"Dia kelewatan" Umpat Renjun.

"Dia tidak memukulku, aku sudah bersyukur. Aku hanya harus memiliki tenaga ekstra mengurus rumah sebesar itu dan merawat mereka berdua" Sahut Jaemin.

"Benar, walaupun begitu lebih baik dari pada di penjara" Gumam Haechan pilu

"Rumah sakit bagaimana?" Tanya Jaemin kemudian.

"Ya begitu. Mereka tidak henti menceritakan Sunbaenim terus menerus. Cih sok suci" Dengus Haechan.

"Aku sudah bukan Dokter disana lagi, berhenti memanggilku Sunbaenim" Ucap Jaemin dengan tawa.

"Aaa tidak mau. Sunbaenim berarti bagi kami" Rajuk Renjun

"Benar, kemarin aku di marahi Dokter Kim habis-habisan karena salah menginput stok obat" Dengus Haechan

"Wanita itu sudah seharusnya menikah saja" Umpat Renjun

"Tidak ada yang mau dengan wanita cerewet seperti dia" Haechan menimpali

"Malam itu, Sunbaenim bertugas dengannya kan?" Tanya Haechan yang diangguki oleh Jaemin.

"Sunbaenim, tapi kenapa anak ini sangat menggemaskan? Dia juga nampaknya dekat dengan Sunbaenim" tanya Renjun melihat Woobin yang sudah merentangkan tangannya minta di gendong lagi oleh Jaemin.

"Entahlah. Dia tidak seperti Daddynya. Dia juga tidak rewel, dia benar-benar bisa bekerja sama denganku" Ucap Jaemin tersenyum menatap Woobin yang kini sudah berada dalam pangkuannya.

"Biasanya bayi memiliki insting yang kuat. Dia akan rewel dengan seseorang yang tidak dia sukai" Monolog Renjun.

"Ya sudah. Aku masih ada urusan" Ucap Jaemin, dia kembali memasukkan Woobin dalam gendongan.

"Sunbaenim, jika ada waktu, ayo makan belut bakar dengan kami" Ajak Haechan yang di angguki oleh Jaemin

"Baiklah, sampai bertemu lagi" Pamit Jaemin, dia melambai pada Haechan dan Renjun dan keduanya membalas dengan senyum.

Jaemin kembali menuju butik yang tadi hendak dia datangi, sementara supir masih menunggu didepan butik. Jaemin putuskan untuk masuk dan terlihat memilih-milih.

Ditengah langkahnya, dia melihat pakaian bayi yang lucu, dia kemudian melihat Woobin yang terlelap dalam gendongannya. Dia rogoh ponselnya dan mencari kotak sang suami.

"Ada apa?" Tanya Jeno dalam sambungan telepon mereka.

"Ahjussi, apa aku boleh membeli pakaian untuk Woobin?" Tanya Jaemin.

"Belilah, apapun itu, pakaian, mainan, selagi untuk Woobin. Beli saja tidak peduli harga dan kuantitasnya" Ucap Jeno.

"Terima kasih Ahjussi" Ucap Jaemin tersenyum lalu memutus sambungan teleponnya.

Jaemin kemudian mengambil beberapa pasang pakaian untuk Woobin dan memilih satu setel pakaian untuknya. Setelahnya Jaemin keluar dari sana.

Jaemin putuskan juga untuk membelikan Woobin mainan baru mengingat beberapa mainan sudah tak lagi untuk bayi seusianya. Namun saat ia tengah asik melangkah didepan pertokoan, matanya menangkap sesuatu yang tertempel pada dinding toko yang sudah tutup.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang