SW - 44

26.2K 2.8K 236
                                    

“Ahjussi... Benar-benar akan membantuku?” Tanya Jaemin setelah cukup lama diam.

Jeno menoleh dengan senyum tipis lalu mengangguk membuat Jaemin memutus kontak mata keduanya, dia diam sejenak lalu menghela nafas berat.

“Aku tahu ada yang kau sembunyikan, untuk kali ini, ungkapkan semuanya pada persidangan agar namamu bisa bersih kembali, siapapun yang melakukan ini dan apapun motif di baliknya, mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal, bukan hanya mendiang Karina, bahkan kau juga di rugikan disini”

“Benar, meski aku harus mengubur mimpiku dalam-dalam. Tapi mereka tidak bisa berkeliaran bebas” Umpat Jaemin menyala-nyala lewat tatapan matanya.

Jeno menatap dalam sang suami disampingnya, ada guratan kekecewaan yang begitu dalam. Jeno tahu, masih sangat sulit bagi Jaemin menerima keadaan, belum lagi kebencian yang muncul dalam dirinya pada siapapun yang terlibat dalam kasus ini, bahkan pada dirinya sendiri.

Suara rengekan Woobin terdengar sampai keluar membuat Jaemin tersentak, dia meletakkan mangkuk berisi Eomuk ke atas meja lalu beranjak untuk melihat Woobin, sementara Jeno melanjutkan aksi makannya ditemani suara tv.

Jeno melongok ke dalam kamar lewat pintu yang terbuka, dia letakkan mangkuk eomuknya dan beranjak menyusul Jaemin. Dia lihat suaminya tidur menunggunya dengan satu tangan memegang botol susu Woobin yang tengah di sesap bayi itu, sedang tangan lain menepuki pantatnya pelan agar Woobin kembali terlelap.

Wajah Jaemin memerah kala mendengar suara berisik dari ranjang yang dinaiki Jeno. Dengan ragu, sang dominan berbaring dibelakang Jaemin. Terasa kecanggungan menyelimuti keduanya, ekor mata Jaemin coba melirik ke sang suami yang berada di belakangnya.

Nafas Jaemin tercekat saat merasakan tangan besar Jeno memeluknya, secara perlahan dia hembuskan nafasnya kembali. Jakunnya tampak turun saat dia meneguk salivanya kasar, dia masih diam membiarkan Jeno juga diam.

Jaemin letakkan botol susu sang putra ya telah tandas di sebelah bantal Woobin. Setelahnya dia hanya sibuk meredam degupan jantungnya.

“Aku minta maaf” Lirih Jeno

Ungkapan itu membuat Jaemin memburu, dia memandang kesekitar karena canggung harus bereaksi seperti apa, dia jilati bibirnya beberapa kali seraya menormalkan debaran jantungnya.

“Sekarang, biarkan situasinya berubah. Aku akan berusaha membuatmu mencintaiku, seperti yang kau lakukan dulu. Aku tahu kebencianmu begitu dalam padaku” Ucap Jeno.

Jaemin diam, membiarkan sang suami mengatakan apapun yang dia ingin. Meski Jaemin benci, bahwa situasi ini akan membuatnya luluh dengan cepat. Dia benci Jeno tapi dia lebih benci pada dirinya, tentang kenyataan bahwa dia mencintai suaminya terlepas sebesar apapun kecewanya.

“Aku akan melakukan apapun untuk menebus rasa bersalahku padamu, mengembalikan rumah tangga kita, bahkan membuatnya lebih manis dari pada kemarin...”

“Aku akan berusaha membuatmu tidak menyesal meski gelarmu tidak bisa kembali” Tambah Jeno.

“Aku membencimu” Sahut Jaemin dengan suara paraunya.

“Tapi aku lebih membenci diriku yang diperbudak oleh orang-orang berkuasa seperti kalian” Umpat Jaemin dengan setetes air mata yang jatuh.

Jeno hanya bisa tersenyum kecut mendengar balasan suaminya. Dia eratkan pelukannya selama Jaemin tak memberontak.

“Aku minta maaf” Ucap Jeno lagi, dia harap, Jaemin tahu bahwa penyesalannya pun begitu dalam.

Jaemin menarik nafas dalam, mencoba menepis lagi bayang-bayang yang menyakitkan. Dia sudah bertekad dalam dirinya, setelah semua kebenaran terungkap, dia ingin dirinya lebih bahagia.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang