Jeno menyusul turun dari mobil ambulance saat tiba di rumah sakit, dia membantu empat orang perawat mendorong brankar dimana suaminya sudah terbaring pingsan.
Semburat merah penuh kepanikan menyelimuti wajah Jeno, dia tatap wajah Jaemin yang memucat seraya sesekali melihat lorong didepannya. Langkahnya sontak terhenti saat perawat membawa Jaemin ke dalam UGD.
Jeno mengusap wajahnya frustasi kala menatap pintu kaca yang terlapisi tirai putih itu. Dia bawa tubuhnya untuk duduk pada kursi tunggu disana.
Suara kebisingan menyeruak ditengah sepinya lorong, dia menoleh dan melihat Yoona bersama Woobin, Donghae dan Tiffany tentu saja, bahkan mereka masih mengenakan pakaian rapi setelah pesta.
“Bagaimana? Putraku da cucuku bagaimana?” Tanya Yoona dengan wajah memerah serta mata berkaca-kaca.
Jeno langsung merengkuh Woobin ke dalam sebuah gendongan agar ibu mertuanya bisa meluapkan kepanikannya.
“Masih di periksa, Bu. Semoga dia kandungannya baik-baik saja” Jawab Jeno lirih, dia kembali duduk dan memangku Woobin, membawa dagunya pada pucuk kepala sang putra, meredam kepanikannya sendiri meski nyatanya itu sulit.
“Papa ana? Papa ada? (Papa kemana? Kenapa tidak ada?)” Tanya Woobin seraya celingukan tak mendapati sang Papa di antara keluarganya.
Jeno menggenggam jemari mungil balita itu, membuat Woobin mendongak ke arah sang Daddy, tapi kemudian dia ikut tenang, dia tampak memainkan jari-jari sang Daddy.
Cukup lama menunggu, dokter keluar bersama dua orang perawat. Melihat itu, membuat seluruh keluarga Jaemin berhambur mendekati dokter.
“Bagaimana dokter?” Tanya Jeno.
“Maaf, janinnya sangat lemah. Kami harus melakukan operasi” Tutur sang dokter membuat semua yang ada disana memekik dengan mata membulat
“Apa? Operasi? Tapi ini masih jauh dari jadwal operasinya” Racau Jeno.
“Tidak ada jalan lain. Jika dibiarkan, ini justru akan berdampak pada Papanya. Kami harus melakukan operasi segera sebelum kondisi sang Papa menurun. Kita berdoa saja semoga baik Papa dan bayinya nanti dapat bertahan, kami akan berusaha semaksimal mungkin demi keselamatan keduanya” Tutur sang dokter.
“Mohon mendatangani formulir di resepsionis” Ucap sang perawat yang keluar bersama Dokter.
Dokter pun memutuskan untuk pergi, membiarkan Jeno berunding dengan keluarganya. Jeno mendudukkan tubuhnya kembali dengan lemas. Bukan hanya dia, bahkan Yoona juga sudah tampak tak bertenaga mendengar ucapan sang dokter.
Tiffany tampak pilu melihat putranya, perlahan sang dominan merunduk, menumpukan kedua tangannya di atas paha dan menutupi wajahnya yang memerah.
“Jeno, ayo lakukan. Jaemin tidak bisa menunggu” Ucap Tiffany.
“Kau akan selamatkan anakku kan?” Tanya Yoona
Justru tekanan seperti ini, yang membuat Jeno bingung. Dia semakin sulit mengambil keputusan, meski pilihannya adalah operasi harus dilakukan. Tapi dia berharap ada jalan lain.
“Kenapa, Bu? Dulu Karina, sekarang, harus Jisung dan Jaemin?” Racau Jeno terisak membuat wajah Tiffany memerah karena melihat kesedihan putranya, dia usap punggung sang putra. Sementara Donghae hanya bisa menghela nafas karena tak tahu juga harus bereaksi seperti apa.
“Jaemin masih bisa diselamatkan” Tambah Tiffany.
“Ici anan Ais (Ahjussi jangan menangis)” Ucap Woobin, dia mendongak menatap sang Daddy yang sudah kacau.
“Ana papa bin (Di mana Papa Woobin?)” Tanya Woobin lagi.
Jeno mengulum senyum kecut melihat Woobin, putranya selalu saja mencari Jaemin. Membuat dia semakin bimbang, untuk saat ini, Jeno ingin menjadi jahat. Jika Jisung tak bisa diselamatkan, Jaemin tetap harus bertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] READY PDF kelalaiannya diruang operasi membuatnya masuk dalam penjara paling mengerikan. "Aku ingin kau tunduk di bawah kakiku!" Lee Jeno 39tahun "Tidak bisakah Ahjussi mencintaiku sebagai suamimu?" Lee Jaemin 28 tahun. WARN : BXB ARE...