SW - 50

25.5K 2.5K 125
                                    

Jeno menghela nafas setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia raih ponsel yang terletak di sebelah laptopnya dan melihat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Dia buka kacamata yang membalut matanya lalu memijat kelopak matanya sejenak guna menenangkan netra yang kelelahan itu.

Dia sandarkan tubuhnya dan menatap ruangannya yang sepi, diluar masih ada beberapa karyawan yang juga lembur. Lalu ia beralih menatap keluar dari dinding kaca, ada lampu-lampu dari gedung tinggi nun jauh di pandangan matanya. Dia buka kembali ponselnya untuk mengusir lelah.

Alisnya terangkat naik melihat tanggal di layar kunci ponselnya, dia buka aplikasi kalender lalu mengulum senyum cerah.

Satu Minggu lagi, ulang tahun pernikahan kedua dengan Jaemin. Dia ingat, tahun lalu mereka tak merayakan apa-apa. Hanya Jaemin yang memasak makanan enak untuknya yang nyata tak bisa mereka nikmati berdua. Tahun ini, maka Jeno yang akan memberi suaminya itu kejutan.

Jeno mengunci kembali ponselnya lalu beranjak meninggalkan ruangannya untuk pulang ke rumah. Setibanya, dia melongok melihat rumah yang terasa sepi, suami dan putranya pasti sudah mimpi indah, lantas dia putuskan naik dan melihat Jaemin bergelung di balik selimut tebal seraya memunggunginya.

Kandungannya yang membesar mengharusnya dia tidur dengan posisi miring kiri agar janinnya tidak sesak. Jeno melongok ke arah Jaemin dengan senyum.

“Nyenyak sekali” Gumam Jeno mengusap rambut Jaemin sayang, dia tersenyum seraya mengecup pipi Jaemin, dia naikkan lagi selimut hingga sebatas leher setelahnya dia pun mandi dan menyusul Jaemin untuk istirahat.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Suara tawa Woobin begitu nyaring mengisi rumah mewah mereka, dia tertawa geli saat kucing yang dibeli sang Daddy sebagai hadiah ulang tahunnya, berlari mengejarnya yang membawa mainan.

Jeno yang baru saja turun ikut tertawa kecil melihat putranya, sementara Jaemin baru saja keluar dari dapur seraya mengusapi perutnya yang terasa gatal.

“Dari mana Sayang?” Tanya Jeno, tangannya langsung masuk memeluk pinggang Jaemin yang tak lagi ramping, dia layangkan kecupan selamat pagi pada pipi tembam suaminya.

“Minum susu” Jawab Jaemin, dia rapikan poni sang suami yang sedikit berantakan.

“Tidak nafsu makan? Mau ku belikan sesuatu nanti? Akan ku minta supir mengantarnya”

“Belikan aku mochi dengan isian kacang merah”

“Tentu” Jawab Jeno.

“Ah ya Sayang, Minggu depan aku ada perjalanan bisnis ke Jepang” Ucap Jeno seraya menarik suaminya untuk menuju meja makan, langkah kaki Jaemin sempat terhenti dengan alis bertaut.

Sang suami pun lantas menghentikan langkahnya dan menatap suaminya penuh tanya.

“Kenapa, Sayang?” Tanya Jeno.

“Tidak” Jawab Jaemin asal, setelahnya dia melangkah menuju meja makan.

“Cih, dia lupa lagi” Gerutu Jaemin sebal.

Jeno mengendikkan bahunya lalu menyusul sang suami untuk duduk di meja makan. Jaemin memutuskan makan apel saja pagi ini seraya menemani suaminya, dia juga sudah memberi makan Woobin tadi.

“Papa tu meng yayu (Papa itu kucingnya jatuh)” Panggil Woobin, kedua orang tuanya menoleh dan melihat putra mereka mengoceh dengan bibir mengerucut khas usia balitanya.

“Ah iya, apa dia terluka?” Tanya Jaemin, dia beranjak dari kursi dan mendekap putranya.

“Tu ya Ais (itu dia menangis)” Oceh Woobin lagi membuat Jaemin tertawa begitu pula Jeno.

Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang