Jeno hanya diam selama mobil mereka melaju menuju rumah mewah Jeno. Sesekali matanya menatap Jaemin yang diam memangku Woobin. Si kecil itu nampak tenang dalam pangkuan Jaemin. Dia hanya bersandar dan memegang dot susunya.
“Namanya Lee Woobin” Ucap Jeno
“Tuan sudah mengatakannya saat di penjara” Jawab Jaemin lirih, kepalanya menunduk melihat Woobin yang nampak sayu seperti mengantuk.
Pandangan Jeno tertuju pada jemari gemuk Woobin yang dengan posesif menggenggam ibu jari Jaemin.
Bagaimana mungkin, putranya bisa begitu tenang bersama seseorang yang sudah membunuh Ibunya?
Mobil Jeno berhenti dihalaman rumahnya. Si pemilik rumah turun lebih dulu, dia membukakan pintu untuk Jaemin yang kesusahan karena Woobin yang sudah terlelap dalam gendongannya.
Jaemin menganga saat pintu rumah terbuka, melihat rumah tiga lantai itu sangat besar dan mewah. Bahkan mungkin ukuran kamar rumah ini sebesar rumahnya.
“Kamar kita ada diatas, ranjang Woobin disebelahnya. Baringkan dia dulu” Titah Jeno yang diangguki oleh Jaemin
Dia naik ke lantai atas dan masuk pada sebuah kamar yang di tunjuk oleh Jeno. Dia membaringkan Woobin pada ranjang bayi disebelah ranjang mereka.
Entahlah, jika Jeno tak jijik tidur satu ranjang dengannya. Tapi mungkin Jeno akan memberinya kamar lain.
Setelah merebahkan Woobin, Jaemin turun dan menghampiri Jeno yang duduk di kursi makan. Dia dengan ragu-ragu mendudukkan tubuhnya pada sisi kiri Jeno.
“Tidak ada pembantu?” Tanya Jaemin
“Sudah ada kau, aku tidak perlu pembantu” Dengus Jeno membuat Jaemin mengangguk lirih.
Jeno benar-benar ingin menghancurkan hidupnya. Bahkan Jeno sengaja tak memperkerjakan pembantu.
“Aku harus kembali ke kantor. Susu untuk Woobin ada di pantry. Aku rasa kau tahu tanpa harus ku jelaskan. Jika tidak tahu, berusahalah bagaimana mengurus anak dan rumah yang baik” Jelas Jeno.
“Mana ponselmu?” Tanya Jeno, Jaemin dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan meletakkanya diatas meja.
Jeno meraih benda pipih itu dan tampak mengetikkan beberapa angka lalu kembali meletakkan ponsel Jaemin.
“Sudah ada nomorku, hubungi jika terjadi sesuatu dengan Woobin atau kau memiliki pertanyaan”
“Baik Tuan” Sahut Jaemin.
Setelah merasa tak ada yang harus dibahas, Jeno beranjak dari sana. Tapi baru beberapa langkah, dia berbalik.
“Dan jangan memanggilku Tuan” Ucap Jeno.
Jaemin mendongak dan dengan cepat memutus kontak mata dengan Jeno saat netra hitam keduanya tak sengaja bertemu.
“Ba-baik A-Ahjussi” Ucap Jaemin membuat Jeno berdecak.
Mengingat usia mereka terpaut sebelas tahun. Baiklah, dia juga geli jika harus dipanggil Hyung. Tak pantas untuk usianya. Jaemin juga paham tak mungkin memanggilnya “Yeobo” bisa marah besar suaminya.
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
Bibir tipis Jaemin melengkungkan senyum setelah merebahkan Woobin yang terlelap, dia kemudian melirik jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.Jeno belum juga kembali.
Apakah pria itu tengah bersenang-senang diluar?
Jaemin putuskan untuk keluar dan melihat kondisi, namun saat dia membuka pintu kamar dikejutkan dengan Jeno yang baru akan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrogate Wife [NOMIN]✓ [READY PDF]
Fanfic[COMPLETED] READY PDF kelalaiannya diruang operasi membuatnya masuk dalam penjara paling mengerikan. "Aku ingin kau tunduk di bawah kakiku!" Lee Jeno 39tahun "Tidak bisakah Ahjussi mencintaiku sebagai suamimu?" Lee Jaemin 28 tahun. WARN : BXB ARE...