part 10

4.5K 160 0
                                    

Shea dengan santai duduk di salah satu meja kantin bersama Vlora, mereka memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela dan mengadap langsung kearah luar.

dapat Shea rasakan, sosok tadi, orang yang menatap dirinya dengan raut wajah yang terkejut mendekat.

"Auri?"

Alis Shea terangkat, menatap tidak mengerti pada Luke yang tengan menatapnya dengan raut kerinduan.

"lo Auri?"

"wait, who is Auri? i'm Shea," jawab Shea dengan tenang.

"gak, lo Auri. kenapa lo pergi gitu aja? lo baik baik aja kan?" tanya Luke beruntung, tidak merespon perkataan Auri yang menyangkal jika nama cewek tiu adalah Shea.

jelas-jelas mereka wajah mereka, postur tubuh pun sama, hanya tatapan mereka berdua yang terlihat berbeda.

"Vlor, explain to him," ucap Shea pada Vlora yang sedari tadi diam menonton.

Vlora berdecak sebal, "heh Luke! dia itu Shea, bukan Auri!"

"lo pikir bisa bohongin gue?"

Shea berdiri dari tempat duduknya, "gue Shea!" tekan cewek tersebut menatap Luke yang sudah berhasil memancing murid lain untuk menjadikan mereka bahan tontonan.

Luke menggelengkan kepalanya, tangannya meraih pergelangan tangan Shea dan menariknya ke dalam pelukan cowok tersebut.

"gue kangen lo, Auri."

Shea mengepalkan tangannya, tenaganya yang memang besar karea sering latihan fisik mampu mendorong Luke hingga pelukan mereka berdua terlepas.

"Auri is dead! there is only Shea!" tekan Shea lalu segera keluar dari kantin tersebut.

Vlora berdecak, menatap sebal kearah Luke yang menganggu acara makannya.

"gara-gara lo!"

***

Shea menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi, cewek itu emmejamkanmatanya kala merasakan rasa yang sangat sulit dijelaskan didalam hatinya, seperti rasa sedih, kecewa dan marah menjadi satu.

"kenapa rasa sakit ini masih ada," lirih Shea sambil mengepalkan kedua tangannya di wastafel.

Ia kira akan mudah menghadapi mereka nanti, namun ternyata rasa sakit yang Ia rasakan dulu masih membekas dengan sangat jelas.

"She, lo di dalam? lo gak papa kan?" Tanya Vlora khawatir, tentu saja cewek itu tahu tentang trauma yang di alami Shea dari Netta.

Shea menarik nafas dalam sebanyak tiga kali, menenangkan dirinya yang tengah resah. Ia menatap seklai lagi wajahnya di cermin dan meyakinkan dirinya jika semua akan baik-baik saja. setelah itu Shea keluar dari kamar mandi dengan senyum tipis.

"gue gak papa," jawab Shea santai.

Vlora mengangguk, walaupun dirinya kurang yakin, tapi Ia tak mau jika Shea merasa dirinya mengasihani Shea.

"kalo gitu kita ke kanti belakang aja, deket dari kamar mandi," ucap Vlora menarik tangan Shea menuju kantin belakang di samping taman.

di kantin belakang, lebih tema ke outdoor dengan bangku bangku yang di bentuk seperti batang pohon besar, tempatnya teduh dengan pohon-pohon rindang sebagai penghalang sinar matahari. dikantin sini biasanya makanan lebih mahal dibanding kantin lain, kantin ini bisa di bilang mirip dengan sebuah cafe.

Shea menganggukkan kepalanya, merasa tenang dengan udara dikantin tersebut, kantinnya tidak terlalu ramai, tentunya kebanyakan yang disana adalah anak anak populer dan aesthetic.

ORPHICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang