Shea sudah sampai di sekolahan lima menit yang lalu, sekolah yang sepi membuat cewek tersebut berjalan jalan sambil menikmati udara sekolah tepatnya dihalaman belakang.
sejak tadi malam, Zeus memang kembali berubah menjadi cuek. bahkan cowok tersebut tidak menyuruhnya untuk datang dipagi hari ke mansionnya. hal itulah yang membuat Shea sudah berada di sekolah.
"Shea,"
Shea menoleh, lalu menghela nafas lelah. lama lama Ia bosan juga dipanggil dengan orang yang sama terus menerus.
Shea menaikkan sebelah alisnya, menatap Davian yang juga menatap dirinya teduh.
"dengerin gue, bentar aja."
"cepet," ucap Shea singkat.
Davian tersenyum kecil.
"gue minta maaf She, gue gak bermaksut buat kaya gitu, gue minta maaf banget."
"maaf? for what?" tanya Shea.
"gue minta maaf, gue gabisa jadi temen yang baik buat lo," ucap Davian.
cowok itu menarik nafasnya dalam, mengingat masa smp mereka dimana mereka berdua selalu bersama sama dalam keadaan apapun.
"lo sama gue waktu itu udah kayak gak bisa dijauhin lagi, kayak lo udah stuck di gue. itu gaboleh She,"
"lepasnya susah." lanjut cowok tersebut.
Shea tersenyum sinis, dalam hati dirinya juga membenarkan jika Ia hanya stuck di Davian karena saat itu Ia memang sudah susah untuk percaya ke orang orang lagi. Ia hanya ingin mempertahankan Davian disisi nya dan tidak pergi meninggalkannya.
waktu itu Ia berfikir jika Davian meninggal dirinya, entah seperti apa dan sesunyi apa hidup Shea nantinya.
nyatanya Davian benar pergi menjauh darinya membuat Ia memiliki fobia dan juga trauma yang lebih parah. Davian pergi hanya membuat traumanya parah.
"gue lebih susah Dav!" tekan Shea dengan mata yang berkaca-kaca.
perkataan Davian kembali membuatnya terlempar ke masa lalu yang berat itu.
"lo gak tau gimana keadaan gue, gimana gue yang susah percaya dan mempertahankan semuanya karena ada lo disisi gue, gue gak mandang semuanya sama karna sikap lo ke gue yang buat gue sadar gak semua orang itu jahat!"
Shea menarik nafas dalam, mengusap air matanya yang menetes dengan kasar.
"tapi apa?"
"lo juga ikut pergi ninggalin gue! lo malah memperparah trauma gue Davian!!" ujar Shea membuat Davian terkejut.
"trauma?"
"gara gara lo! trauma gue makin parah! gue punya gangguan kecemasan! gue selalu ngerasa takut berbulan-bulan! semua karena lo! lo yang buat keadaan mental gue jadi buruk!"
kini Davian benar benar terkejut, cowok itu menatap Shea yang sudah dibanjiri dengan air mata.
"sakit Dav, gue harus kehilangan orang orang yang gue sayang dalam waktu yang berdekatan," lirih cewek itu sambil memegang jantungnya yang berdenyut sakit.
"gue gak tau Auri," lirih Davian merasa bersalah.
Shea menatap Davian, "lo gak tau karena lo cuma mikirin gimana biar kita bisa pisah dan kedepannya bakal berjalan lancar Dav! lo gak mikirin gimana keadaan gue! lo gak mikirin itu!"
"Ri," panggil Davian pelan dengan tangan yang menggantung, ingin merengkuh kembali cewek tersebut seperti waktu smp.
namun, dengan cepat Shea menghindar, cewek itu menatap kecewa kearah Davian, "Auri udah mati Dav, dia udah mati semenjak dia pindah, sekarang gue Shea, lo gak bakal nemuin Auri di dalam diri Shea." tekan gadis itu sebelum berlalu dari sana.
Davian ikut berbalik, menatap punggung tegap yang sebenarnya rapuh milik Shea. Ia tak tahu jika tindakan nya itu akan berdampak mengguncang mental seseorang.
jadi, Auri pindah karena Ia mengalami gangguan kecemasan? dan dirinya adalah salah satu dari orang-orang yang menyebabkan Auri mengalami hal tersebut.
"sorry Re, gue bener-bner minta maaf," lirih Davian pelan. Ia menyesali perbuatannya di masa masa smp.
jika Ia tak melakukan itu, Aurinya tidak akan pernah menjadi seperti ini. pikirnya.
****
Shea berlari kearah rooftop, mengabaikan dua orang yang hendak menuju tangga mengernyitkan dahinya.
tepatnya Zeus dan juga Zayyan. Zayyan menatap Zeus, kemudian cowok itu mengangguk singkat membuat Zayyan menjadi lurus dan tak berbelok kearah tangga, berbeda dengan Zeus yang kini berjalan pelan menuju rooftop.
tak butuh waktu lama, Zeus sudah berada di pintu rooftop, cowok itu membuka pelan pintunya dan mendapati Shea yang tengah menelungkup wajahnya dibalik lipatan tangan tersebut.
cewek itu terlihat putus asa.
dengan pelan Zeus mendekati Shea, "kenapa?"
Shea menghentikan isakannya, dalam hati Ia meruntuki kakinya yang membawa dirinya melangkah kearah rooftop. ah dia benar benar malu.
tanpa menjawab, Shea menggelengkan kepalanya pelan, berbeda dengan air matanya yang terus menetes.
"sini," ucap Zeus menarik kepala Shea dalam pelukannya. entahlah, ini hanya instingnya sebagai seorang lelaki.
***
Zayyan berjalan pelan di koridor, sesekali cowok spek buaya itu menyapa balik siswi siswi yang menyapa dirinya membuat siswi tersebut menjerit kesenangan.
Zayyan menaikkan alisnya, melihat seorang perempuan yang tengah celingak celinguk di koridor seperti menunggu sesuatu. kemudian Ia menatap papan kelas, tertulis kelas XI Ipa 2, satu kelas dengan Shea?
"lo!" seru Zayyan membuat cewek itu berhenti dan menatap Zayyan.
"lo nyari temen lo kan? si Shea?" tanya Zayyan memastikan.
cewek itu mengangguk, "kakak tau dia dimana?" tanyanya sambil berusaha menyembunyikan kegugupan.
"gue liat dia lari ke rooftop, sambil nangis," jawab cowok itu santai.
Zayyan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, lalu menempelkan tubuhnya ke tembok sambil menikmati raut terkejut gadis yang Ia tahu adalah sahabat dari Shea.
"Apa? nangis!?"
***
"jangan nangis,"
ucap Zeus berusaha menenangkan Shea sambil mempat pat kepala cewek tersebut.
sekali lagi itu hanya sebuah insting!
"lo gak tau gimana rasanya jadi gue," lirih Shea memegang erat jaket yang dikenakan oleh Zeus.
Zeus menatap pemandangan kota dari atas sana, "masalah orang itu beda beda She, entah seberat apapun itu, lo juga gak tau gimana jadi gue, gitupun sebaliknya."
"kita gaboleh pukul sama masalah orang-orang, mungkin bagi orang lain itu simple beda lagi bagi kita. tapi gue harap lo gak akan nyerah gitu aja, jangan ngerasa masalah lo begitu berat sampe lo ngerasa pengen nyerah, masih ada banyak orang diluar sana yang bahkan masalahnya lebih berat dari lo."
"no matter how heavy the problem, you have to live it"
Shea mengerjabkan matanya, itu adalah kalimat terpanjang yang Ia dengar dari mulut Davian. apa mungkin cowok yersebut sudah sembuh dari penyakit biska nya? bisu kadang.
Shea mengangguk pelan, cewek itu tidak berani manatap Zeus karena muka sembabnya yang habis menangis. Ia malu!!
"SHEAA KATANYA LO LAGI NANGI- AANJ ASTAGHFIRULLAH!"
****
😝😝
KAMU SEDANG MEMBACA
ORPHIC
Teen FictionAuristela Lesham Shaenette. setelah 3 tahun dirumah kakeknya karena trauma, kini Ia kembali lagi dengan penampilan dan sifat yang berbeda. berniat untuk membalas rasa sakit dan trauma akibat orang-orang dimasa lalu nya, ia malah terus dipertemukan d...