ALCLA || 01

167 64 115
                                    

"Oke anak-anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke anak-anak. Apakah kalian sudah mengerti?"

"Sudah bu," jawab satu kelas serentak. Aslinya mereka belum mengerti. Tetapi, karena menghargai gurunya, mereka di ngerti-ngertiin.

"Oke bagus. Sekarang kalian kerjakan bab 3 semuanya bersama teman sebangku kalian," ucap guru tersebut santai seperti tidak ada beban.

"Bu, banyak banget," protes Tino memelas. Yang lain menganggukkan.

"Itu dikit Valentino. Sekarang, kerjakan sampai jam istirahat!" Perintah guru tersebut seperti tidak ingin dibantah.

Kringg

"Yey," girang satu kelas.

"Karena sekarang sudah bel, kalian boleh istirahat. Ibu nilai setelah pulang sekolah."

"Yah bu. Besok aja bu nilainya," protes Tino lagi.

"Iya bu besok aja." Sekelas pun kompak mengiyakan permintaan Tino.

"Tidak bisa. Waktu buat kalian isi kan masih banyak. Entar, setelah kalian istirahat, bisa kalian kerjakan, kan?"

"Tapi bu—"

"Ga usah protes lagi No. Ibu tambahkan lagi mau?" Potong guru matematika tersebut sembari mengancam, saat Tino ingin protes kembali.

"Bukan gitu Bu. Kan ... kita dapet tugas dari Bu Dwi. Nah tugasnya juga banyak. Ibu tau dong gimana Bu Dwi? Jadi, takutnya waktunya ga cukup buat ngerjain mtk..." jelas Ceysa panjang lebar.

"Iya juga. Ya sudah. Kalian istirahat saja dan kumpulkan besok di ruang guru, setelah selesai pulang sekolah!" Finish guru matematika tersebut akhirnya — membuat warga kelas senang saat mendengarnya. "Baik bu." Ia pun pergi keluar kelas.

"Hufts. Untung aja. Thanks sa, udah nyelametin hidup gua." Tino dan yang lain mengucapkan terima kasih kepada Ceysa yang sudah menyelamatkan mereka dari guru matematika yang akan mau menilai tugas-tugas mereka setelah jam istirahat.

Ceysa mengangguk dan memberikan jempol kepada mereka sebagai jawaban sama-sama.

᯽❀᯽

Clara dan Ceysa sudah menduduki salah satu bangku di kantin. Tiba-tiba, cowok berbadan tinggi dan berkulit sawo matang tersebut, ingin menuju ke mereka.

"Hai," sapa cowok tersebut dengan tersenyum ramah.

"Eh, ka Rey. Hai ka." Ceysa membalas senyuman dari cowok tersebut.

ALCLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang