Sahabat geng intinya Alvaro datang menghampiri kelas. Disitu, masih terdapat sosok Bu Sri didepan kelas untuk mengawasinya — supaya tidak keluar kelas lagi.
Mereka menyapa sopan guru tersebut. Dan memperhatikan dua remaja yang sedang dihukum oleh guru.
"Semangat boss," ucap Nathan menyemangati sahabatnya.
"Bacot!"
"Wess, santai boss. Gue kan cuma semangatin lo doang."
Alvaro menatap sahabatnya dengan tajam dan melanjutkan lagi aktivitasnya.
Bu Sri yang masih stay didepan kelas tersebut, hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Kalian kenapa masih disini? Pulang sana."
"Kita disini aja bu. Ga apa-apa. Ibu kalau mau pulang, pulang saja. Biar Varo kita yang jagain," pinta Liam sopan. Dan di anggukan oleh yang lain. Bu Sri juga ikut menganggukkan kepalanya.
"Baik kalau seperti itu. Saya pulang dulu, kalian awasi Varo supaya tidak kabur." Amanat Bu Sri ke yang lain. Dan mereka mengangguk sambil menahan tawa saat mendengar ucapan terakhir dari guru mereka.
Varo udah gede masih diawasin aja, batin Nathan sambil menahan tawa.
Bu Sri jalan untuk meninggalkan mereka. Baru beberapa langkah dari sana, ia melihat Ceysa ingin ke kelas untuk menemui sahabatnya.
"Halo bu," sapa nya sopan sambil mencium telapak tangan sang guru. Dan Bu Sri menjawab sapaan-nya sambil tersenyum.
"Ibu mau kemana? Udah awasi Varo nya?" Tanya Ceysa ingin tahu.
"Mau pulang. Alvaro sudah diawasi oleh Nathan dan yang lain," balas Bu Sri sambil melihat kebelakang. Dan Ceysa mengikuti arah pandang Bu Sri — melihat Nathan dan lainnya sedang didepan kelas untuk mengawasi Alvaro. Ia juga mengangguk saat mendengar gurunya menjawab.
"Kalau gitu saya pulang ya Ceysa. Kamu tolong liatin mereka juga," pinta guru tersebut.
Ceysa tertawa sedikit. "Baik bu," balasnya sopan dan melihat gurunya berjalan hingga menuju pintu sekolah.
Saat ia sedikit lagi ke depan kelas, ia ditatap oleh anggota geng inti Adiridtaby.
"Apa lo pada liat-liat gue? Cantik ya gue, wkwk. Udah sana minggir gue mau liat bestie gue." Ceysa menyingkirkan beberapa anggota geng Alvaro yang ada di sebelah kiri untuk memberikan ia ruang untuk melihat Clara.
Lo emang cantik Ceysa, batin Dafa saat mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Ceysa.
"Woy! Njir," keluh Nathan saat ia disingkirkan oleh Ceysa. Ceysa tidak memperdulikannya, dan hanya menatap sahabatnya yang sedang dihukum.
"Ra! Itu sebelah situ sapu, jangan disitu terus lo nyapunya," pinta Ceysa saat melihat Clara menyapu ditempat yang sama sejak dari tadi. Clara yang sedang fokus menyapu pun tersadar oleh suruhan Ceysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCLA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Berawal dari perdebatan kecil antar dua remaja SMA. Sampai pada suatu saat, orang tua mereka ternyata sudah berteman sejak lama. Dan sebelumnya, orang tua mereka sudah merencanakan perjodohan untuk kedua remaja tersebut. Dua...