ALCLA || 09

88 16 37
                                    

Setelah insiden dibelakang sekolah, Clara jalan menuju kelas dengan wajah yang sedang bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah insiden dibelakang sekolah, Clara jalan menuju kelas dengan wajah yang sedang bingung.

Apakah Clara harus menerima perjodohan ini? Ia ga mau kalau sampai kecewakan kedua orang tuanya. Tetapi, kenapa harus dengan perjodohan?

Ia memang ingin bertemu dan selalu bersama sahabat kecilnya. Tetapi, kenapa harus dijodohkan sekarang? Ia ingin-ingin saja dijodohkan. Tetapi, tidak untuk sekarang. Ia belum siap kalau suatu saat akan menjadi seorang istri.

"Dibawa kemana sama Varo? Dia apa-apain lo, ya?" Tanya Ceysa khawatir.

Clara menatap bangku Alvaro sekilas. Di sana, belum ada Alvaro. Alias, orangnya belum juga datang ke-kelas. Padahal sebentar lagi ingin bel masuk.

"Ada deh. Dia ga ngapa-ngapain gue kok, tenang." Clara tersenyum meyakinkan.

"Oh. Sekarang mainnya rahasia-rahasiaan, ya? Oke fine." Ceysa menatap Clara sinis — sebelum akhirnya membalikkan badan.

"Eh? Ceysa ga gitu. Besok gue cerita deh." Clara sedikit menggoyang lengan Ceysa.

"Affah iyah?" Tanya Ceysa sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iyaa," balas Clara tersenyum manis. Ceysa masih menaikkan sebelah alisnya tidak percaya. Tetapi beberapa detik kemudian ia menghela nafas percaya. "Hm. Besok loh"

᯽❀᯽

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Alvaro langsung keluar kelas dan memberi kode Clara —saat suasana sedang sepi— supaya lebih cepat membereskan alat tulisnya.

Ga sabaran banget Alo, batin Clara.

Ia tidak membutuhkan waktu lama untuk membereskan alat tulisnya. "Gue duluan, ya, Sa," pamitnya.

"Ayo bareng sampai depan sekolah," ajak Ceysa.

"Sa, sorry gue tiba-tiba kebelet. Lo duluan aja. Gue kayaknya bakal lama deh," ucap Clara berbohong.

"Astaga, Ra. Bisa-bisanya ya ampun." Entah karena apa, Ceysa tertawa kencang mendengarnya. "Udah pulang sekolah, loh?" Ucapnya masih disela-sela tertawa, seraya mengusap air mata yang tiba-tiba keluar.

"Hehe. Namanya juga kebelet." Clara tertawa garing — sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ya udah gue balik, ya?" Clara menganggukkan. Mereka saling melambaikan tangan perpisahan.

᯽❀᯽

Clara sudah sampai dibelakang sekolah. Di sana, ia sudah melihat Alvaro yang sedang memainkan ponsel.

"Lama," ucapnya yang saat mendengar langkah kaki Clara yang ingin menujunya — masih dengan menatap benda gepeng digenggamannya.

"Sorry. Tadi si Ceysa banyak tanya kayak wartawan."

ALCLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang