Bel sudah berbunyi, dan murid-murid akan segera memulai pembelajaran. Tetapi, guru yang ingin mengajar mereka sekarang tidak mengajar terlebih dahulu — dikarenakan, guru tersebut sedang sakit.
Kelas sekarang seperti pasar. Ramai sekali. Tidak seperti ada guru. Kalau ada guru, kelas pasti sepi. Hanya akan terdengar guru yang sedang menjelaskan materi saja — selebihnya tidak.
"Woy! Duduk-duduk ada Bu Sri mau kesini!" Ucap cowok remaja yang disuruh menjaga pintu kelas dengan panik.
"Kok ada Bu Sri, ya? Kan, sekarang bukan pelajaran matematika," Tanya Clara dengan Ceysa bingung-bingung. Sahabatnya itu hanya mengangkat bahunya tidak tahu.
"Siang semua," sapa Bu Sri.
"Siang Bu," jawab yang lain serentak.
"Ibu kesini hanya untuk membagikan buku-buku kalian kemarin. Ibu akan sebut nama satu orang dari kelompok kemarin. Dan yang mengambil hanya yang dipanggil namanya saja, untuk perwakilannya. Terus ibu akan kasih bukunya dua. Mengerti?"
"Mengerti bu."
"Ok, untuk Sindy silahkan ambil." Bu Sri tanpa basa-basi memanggil anak muridnya satu persatu. Setelah anak yang dipanggil sudah mengambil bukunya, ia langsung memanggil nama-nama yang selanjutnya.
"Kok nama gue belum dipanggil, ya?" Monolog Clara. Ya. Clara monolog seperti itu dikarenakan namanya belum dipanggil juga.
"Pede banget lo mau namanya dipanggil."
Dan tidak diduga, saat ia berbicara seperti itu, ternyata Alvaro mendengarnya. Padahal ia berbicara sudah sangat pelan — hanya ia yang dapat mendengar. Namun naas. Cowok tersebut sepertinya memiliki pendengaran yang kuat seperti kelelawar.
Clara yang sudah selesai berbicara terkejut. Bagaimana bisa Alvaro mendengarnya? Padahal, ia sudah berbicara pelan sekali tadi. Seperti itulah kira-kira yang sedang Clara pikirkan.
"Ya, emang kenapa? Lagi pula gue ngerjain itu, ga kayak lo," jawab Clara dengan membanggakan diri, dan menyindir Alvaro. Yang disindir tidak memperdulikan ucapannya.
Sudah hampir semua nama di sebut untuk mengambil buku di depan kelas. Tetapi, nama Clara belum juga di panggil oleh guru.
"Ok, yang terakhir, Clara," panggil Bu Sri akhirnya.
Ia memanggil Clara terakhir setelah teman kirinya yang seharusnya dipanggil terakhir ke depan.
"Alvaro, kamu juga maju sini." Suruh Bu Sri, guru matematika tersebut.
Disaat Bu Sri menyuruh Alvaro ke depan, Clara yang sedang jalan setengah menuju meja guru itu, bingung. Dan melirik Alvaro, teman sebangkunya. Teman-teman yang lain juga ikut melirik Alvaro.
"Kok saya juga bu?" Tanyanya bingung.
"Udah sini aja, ga usah banyak cincang kamu!"
Hembusan napas panjang dan pasrah tersebut keluar dari hidung mancung milik Alvaro. Ia mau tak mau harus ikuti permintaan gurunya. Yaitu, disuruh ke meja guru.
"Kamu, Alvaro. Kenapa cuma Clara saja yang mengerjakan dan mengumpulkan tugas?! Kamu tidak kerja kelompok lagi?. Kan saya sudah bilang, kalian kerjakan berdua, bukan sendiri! Kebiasaan kamu!. Nanti sepulang pulang sekolah, kalian jangan pulang dulu. Bersihkan kelas sampai bersih!"
Clara spontan melotot saat mendengar gurunya memerintah.
"Bu, kok saya juga? 'Kan yang ga ngerjain Varo doang."
"Kan saya minta kalian kerja kelompok. Kalau hanya satu yang mengerjakan, berarti yang lain juga ikut dihukum! Lagi kalian juga, kenapa ga kerja kelompok?"
"Varo nya ga mau bu," jawabannya sekedarnya. Saat Clara berbicara itu, Alvaro melebarkan kedua matanya dan menatap tajam Clara. Dan yang ditatap balik menatapnya tajam.
Bu Sri menghembuskan napas lelah. Ia sudah menduganya. Pasti cowok remaja tersebut tidak mau kerja kelompok dengan temannya lagi.
"Lagi-lagi kamu Alvaro! Saya ga mau tahu, setelah pulang sekolah, kalian harus membersihkan kelas hingga bersih! Setelah bel bunyi, saya awasi kalian."
"Kalau saya ga mau gimana bu?" Tanya Alvaro santai.
"Mau ga mau, harus mau! Dah semua ibu mau balik ke ruang guru lagi. Entar Bu Widya bentar lagi datang. Kalian jangan berisik!"
"Baik bu," balas sekelas serentak.
"Kalian kenapa masih disini? Duduk sana," pinta guru tersebut saat Alvaro dan Clara masih dihadapan Bu Sri. Alvaro dan Clara pun langsung jalan menuju bangku mereka.
Sesudahnya mereka duduk, Bu Sri pergi keluar kelas. Dan setelah ia keluar, guru lain yaitu Bu Widya datang untuk mengajar kelas — seperti yang dikatakan Bu Sri sebelumnya.
᯽❀᯽
Tidak membutuh waktu lama. Pelajaran yang Bu Widya jelaskan didepan papan tulis dan beberapa materi yang ia kasih untuk dikerjakan oleh anak muridnya sudah selesai. Lantunan bel yang nyaring berbunyi dikelas-kelas sekolah. Pertanda bahwa anak murid disana diperbolehkan untuk pulang.
Murid-murid disana pada membereskan alat tulis mereka. Bu Widya sudah keluar kelas sejak bel berbunyi.
Setelah murid-murid disana sudah membereskan alat tulis mereka, mereka pergi keluar kelas untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Mau kemana lo?" Tanya Clara saat melihat Varo membawa tas untuk keluar kelas.
Ia tidak menjawab pertanyaan Clara, ia terus jalan keluar kelas. Clara yang melihatnya jalan keluar kelas, sangat kesal. Paling juga ia akan di jagat oleh Bu Sri karena tidak membersihkan kelas. Pikir Clara.
Dan benar saja, saat Alvaro sudah didepan kelas, ia melihat Bu Sri ingin jalan menuju kelasnya. Clara juga melihat Bu Sri saat hendak ke kelas mereka.
Dengan cepat, ia mengambil sapu dan membersihkan kelas yang lumayan kotor, supaya ia nanti tidak ikut dimarahi oleh gurunya.
"Mau kemana kamu? Mau pulang, hah?" Tanya Bu Sri saat sudah dihadapan Alvaro. "Sekarang masuk dan bersihkan kelas!"
Alvaro yang terciduk guru karena keluar kelas pun hanya menahannya saja. Dan melanjutkan aktivitasnya kembali, yaitu menyapu lantai kelas.
Jangan lupa pencet vote and komen yah♡
Dan rekomendasikan cerita ALCLA ke temen atau sosmed kalian!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCLA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Berawal dari perdebatan kecil antar dua remaja SMA. Sampai pada suatu saat, orang tua mereka ternyata sudah berteman sejak lama. Dan sebelumnya, orang tua mereka sudah merencanakan perjodohan untuk kedua remaja tersebut. Dua...