Satu hari sudah Clara seharian di kamar hingga membuat dirinya sebal. sampai akhirnya di hari Senin ini, ia bisa bersekolah menemui Ceysa.
Kata orang-orang, hari pertama menikah itu sangat menyenangkan, tetapi Clara tidak merasakan hal itu. Ia seharian hanya membaca novel, bermain ponsel dan makan saja. Saat ia sudah rapih ingin pergi dengan Ceysa saja dilarang oleh Alvaro yang berkata, "Kalau gue ga di izinin ortu gue nongkrong, berarti lo juga ga boleh ketemu Ceysa!" Sangat menyebalkan memang. Kalau tidak mengizinkannya keluar rumah, setidaknya mengajaknya mengobrol atau jalan, gitu? Ini malah asik sendiri bermain game online dikamar.
Sesampainya diparkiran sekolah, dahi Alvaro berkerut melihat raut wajah Clara yang nekuk. Sekali-kali menatapnya dengan tatapan tajam. "Kenapa lo?"
"Ck. Pikir sendiri!" Clara membelakangi Alvaro dengan jengah. Alvaro hanya acuh tidak melanjutkan obrolan ataupun memikirkan tingkah tidak jelas Clara lagi, yang membuat cewek tersebut geram ingin merusak wajah tampan Alvaro dengan tangannya.
Sampai seketika, mulutnya menganga melihat pemandangan didepannya, yang ingin menuju ke dirinya dan juga Alvaro. Tidak mungkin, bukan? Ia pasti salah melihatnya, kan? Clara menggosok kedua matanya untuk dapat melihat dengan jelas. Jangan menganggap Clara minus ya bestie. Clara tidak minus kok. Hanya saja, dia mau memastikan.... Ceysa yang berangkat sekolah bareng Dafa? Apakah dua manusia beda gender tersebut sudah berbaikan? Ah, pertanyaan-pertanyaan yang Clara malas buat mikirnya.
Terlihat dari kejauhan, Ceysa dan Dafa sedang menuju ke arah parkiran, yang tidak mereka sadari kalau di kejauhan tersebut ada Clara dan Alvaro sedang memperhatikan keduanya. Ralat. Lebih tepatnya Ceysa yang tidak menyadari kalau ada mereka disana. Sebab kalau dilihat-lihat, tatapan Ceysa hanya tertuju pada Dafa dengan tatapan yang tidak bersahabat. Entah kenapa cewek tersebut menatap Dafa seperti itu.
Setelah Dafa memakirkan motornya disebelah motor Alvaro, Ceysa langsung loncat begitu saja tanpa menunggu Dafa turun dari motor besarnya, membuat Dafa menggeleng heran. "Besok-besok ga usah anter gue lagi!" Ketus Ceysa.
"Why?" Tanya Dafa seraya menaruh helm.
Ceysa menghela napas panjang. Tidak sadarkah Dafa? Bahwa tadi pagi ia modus menghentikan motornya dengan mendadak, sampai Ceysa harus memeluknya? Dengan alasan, cowok tersebut melihat anak kucing ngenes ditengah jalan—yang memang benar kenyataannya. Tetapi, tetap saja! Seharusnya dia bilang terlebih dahulu sebelum menghentikan motor!
"Ga usah sok amnesia!" Dafa tertawa kecil melihat Ceysa yang sedang kesal. Terlihat lucu dimatanya.
"Sorry. Lo ga liat tadi? Anak kucingnya ngenes banget ditengah jalan? Tega lo mau nabrak tuh kucing?"
"Eleh. Modus!" Ceysa membuka tali helm kesal, yang tidak mau terbuka, sampai ia berdecak sebal.
"Buka nya jangan sambil marah-marah," ujar Dafa yang membantu membukakan pengikat tali helm Ceysa, dan menaruhnya di jok motor miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCLA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Berawal dari perdebatan kecil antar dua remaja SMA. Sampai pada suatu saat, orang tua mereka ternyata sudah berteman sejak lama. Dan sebelumnya, orang tua mereka sudah merencanakan perjodohan untuk kedua remaja tersebut. Dua...