"SAH!"
Semua orang disana mengucapkan puji syukur dan juga doa untuk kedua pengantin baru tersebut. Tetesan air bening secara tiba-tiba keluar dari mata Amanda dan juga Kathaleen. Mereka melihat kedua anaknya yang sudah sah menjadi suami istri tersebut sangat terharu dan tidak menyangka.
Ya. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kedua keluarga tersebut yang setelah seminggu yang lalu melakukan acara terikat di salah satu kafe milik Mendra secara tertutup dan amat sangat sederhana. Hari Sabtu, lebih tepatnya sekarang adalah hari pernikahan Alvaro dan Clara. Mereka sekarang sudah sah menjadi sepasang suami istri.
Air mata Clara juga secara tiba-tiba keluar begitu saja tanpa sadar. Sama seperti Amanda dan Kathaleen sang ibu. Tapi selang beberapa detik, ia mengelap kasar air matanya dengan tangan. Ia sangat tidak menyangka, bahwa sekarang ia sudah menjadi milik orang lain. Sudah menjadi seorang istri.
Sang kakak—Arsen—tersenyum haru melihatnya. Ia juga tidak menyangka, kalau adiknya yang dulu suka nangis dan manja tersebut sudah menikah mendulukannya dan akan berpisah rumah dengannya sebentar lagi. Ia pasti akan merindukan ketawa, cerita, dan kesalnya Clara saat ia ganggu.
"Sekarang kalian bisa saling pasang cincin tersebut dijari manis. Dan mempelai pria bisa mengecup kening sang istri," ucap penghulu.
Alvaro memasangkan cincin nikah tersebut dijari manis Clara yang kedua kalinya—begitupun sebaliknya. Setelah sudah saling memasangkan cincin pernikahan, Alvaro dengan ragu menarik pelan kepala Clara, dan—
Cup
Satu kecupan mendarat di kening Clara. Cukup lama ia tidak melepaskannya, sampai Clara tidak sadar, bahwa ia tiba-tiba memejamkan matanya untuk menikmati kecupan dari Alvaro.
"Jangan lama-lama ciumannya. Kalo mau lama, lanjut dirumah aja," ujar Mendra terkekeh.
Alvaro dengan spontan melepaskan kecupannya dan terkekeh mendengar tuturan sang ayah. Sungguh, ia tidak mengerti. Ada apa dengannya? Kenapa ia mengecup Clara sangat lama? Ia sama sekali tidak menyadari itu. Ia hanya merasa, bahwa ia hanya mengecup dengan singkat. Tetapi, kenyataannya?
Dilain sisi, Clara memalingkan wajahnya kesamping untuk menutupi wajahnya. Oh, tidak! Wajah Clara kini memerah, bak kepiting rebus. Jantungnya juga berdetak kencang saat ini. Tidak mungkin, bukan? Kalau ucapan orang-orang benar?
᯽❀᯽
Acara sekarang adalah resepsi yang hanya mengundang keluarga besar, sahabat Alvaro dan Clara, teman dekat dari Mendra Amanda beserta Dallen Kathaleen saja.
Dua pengantin baru saat ini sedang sibuk dengan aktivitas mereka sendiri yaitu; bermain ponsel masing-masing. Saat melihat lima cowok tampan dan satu gadis cantik —Dafa, Liam, Nathan, Tino, Okta, dan Ceysa— mereka menghentikan aktivitas bermain ponsel mereka dan menatap enam manusia tersebut.
Ceysa. Gadis tersebut benar-benar datang bersama lima cowok dengannya cewek sendiri yang datang di resepsi Alvaro dan Clara. Kalau kalian bertanya-tanya kenapa dia bisa datang kesana—jawabannya adalah, setelah bertanya dan dapat jawaban dari Clara, dia langsung pulang ke rumahnya dengan alasan tidak ingin merepotkan Dallen, Kathaleen, Clara dan Arsen. Padahal kalau menginap tidak akan merepotkan mereka sama sekali, dan jutru ia juga tidak usah capek bolak-balik. Tetapi, cewek tersebut tetap keukeuh untuk memilih pulang dan balik lagi untuk datang ke resepsi.
"Good morning menjelang siang bu dan pak bos ku. Selamat buat kalian berdua," ucap Tino heboh seperti biasa, yang hanya dapat anggukkan kepala dari Alvaro.
"Omo, selamat bestie. Moga langgeng kalian berdua. Ohya, nih hadiah buat lo, Ra." Ceysa memberikan hadiah digenggamannya kepada Clara. Dengan senang hati Clara menerima hadiahnya. "Apaan nih?" Tanya-nya penasaran.
"Ada deh. Bukanya pas dikamar aja." Ceysa menaik turunkan alisnya.
Clara menyipitkan matanya curiga. "Mencurigakan. Yaudah thanks"
Ceysa mengangguk dan memutar mata malas. "Yaelah. Jangan curigaan mulu sama bestie sendiri."
"Al, gue juga punya hadiah buat lo." Nathan memberikan kotak hadiah kepada Alvaro.
"Taro situ," balas Alvaro datar. Ia menunjukkan kotak khusus yang berisi banyak hadiah disamping kursi mempelai.
"Buset, banyak begete hadiah nya," ujar Tino yang tidak bisa sekali untuk tidak heboh dan lebay—saat menaruh hadiahnya ke dalam kotak tersebut. Okta dan Dafa yang memasuki hadiah merekapun hanya melihatnya dengan wajah datar seperti biasa.
"Ara, kalau Aro kdrt lo, bilang ke gue, ya?" Ucap Okta yang dianggukkan Clara dan kekehan darinya.
"Gue ga sejahat itu kali." Alvaro memutar bola matanya.
Okta tertawa kecil dan menepuk bahu cowok tersebut. "Gue percaya sama lo."
Clara tersenyum haru melihat mereka berdua, dan beralih tatapannya ke Ceysa. "Betewe, Sa. Lo kesini bareng mereka?" Tanyanya.
"Kamu nanyeaa?" Sahut Nathan yang membuat lainnya tertawa kecil.
"Ga, ketemuan tadi diparkiran," balas Ceysa. "Tapi... tadi gue bareng sama Dafa, karena dipaksa," bisiknya tepat ditelinga Clara.
"SERIUS?" Tanya Clara ngegas tanpa sadar. Beberapa detik kemudian, barulah ia tersadar dengan menyengir malu melihat semua orang.
"Buset. Kuping gue astaga." Ceysa mengusap kan telinganya.
Chapter ini pendek karna aku bingung mo ditambah apa lagi sksksks
Jangan lupa klik bintang disebelah pojok kiri yah (。•̀ᴗ-)✧
buat kalian, bantu share cerita ALCLA ketemen-temen, keluarga, atau ke medsos yang kalian punya ya
Makasih~( ◜‿◝ )♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ALCLA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Berawal dari perdebatan kecil antar dua remaja SMA. Sampai pada suatu saat, orang tua mereka ternyata sudah berteman sejak lama. Dan sebelumnya, orang tua mereka sudah merencanakan perjodohan untuk kedua remaja tersebut. Dua...