18. Terlalu Mudah Menjinakkan Dimitri!

9K 1.7K 126
                                    


Perasaanku benar-benar baik. SUMPAH. Begitu Jessica berhasil menjernihkan pikiranku sekaligus memberi solusi, aku pun lekas menghubungi sopir dan minta dijemput secepatnya! Sepanjang perjalanan tidak henti-hentinya bersenandung sembari membayangkan ide menemui Benjamin Flaus dan menyatakan keberatan. Tidak lupa aku akan memohon kepada Benjamin Flaus agar bisa membujuk Diego supaya berhenti menyusahkan Samuel, ayahku!

Aku pikir bisa langsung mengutarakan ide wonderfuuuullll milikku ini kepada Samuel dan Evelyn. Namun, sesampainya di rumah ... mereka tidak ada! Tidak satu pelayan pun bisa memberiku jawaban memuaskan. Akhirnya aku memilih berganti baju. Begitu sudah mengenakan kaos dan celana pendek yang nyaman, aku pun pergi ke dapur dan mulai membuat biskuit kacang dan kismis. Kue-kue ini rencananya akan aku bagikan kepada Jessica, Dimitri (tentu saja dia yang utama), dan teman-teman.

Tepat begitu aku berhasil menyelesaikan loyang terakhir, Samuel dan Evelyn tiba!

“Rere, kamu nggak akan percaya dengan kabar yang Mama bawa.” Evelyn langsung memeluk dan mengecup kedua pipiku. “Kamu tidak perlu bertunangan dengan Deon Flaus.”

“Wow, bagus,” sahutku, antusias. Aku mengambil satu biskuit kismis dan menyuapkannya kepada Evelyn yang menerimanya dengan mata berbinar. Samuel duduk di kursi, memperhatikan kami. “Jadi, bagaimana bisa?”

Evelyn memintaku duduk.

Aku menurut. “Bagaimana bisa?”

“Papa dan Mama diundang makan siang,” Samuel menjelaskan. Berbeda dari kali terakhir kami berdiskusi, sekarang ekspresi di wajah Samuel terlihat segar dan menyiratkan kebahagiaan. “Kami berdua sempat merasa putus asa. Namun, itulah keajaiban! Datang di saat yang tidak terduga.”

O-oke.... Keajaiban yang? “Pa, langsung saja,” aku menuntut. “Jangan main kode-kode gitu.”

Baik Samuel maupun Evelyn, keduanya terkikik seolah tengah pacaran saja. Tipe-tipe pasangan yang dimabuk asmara. Syalalala.

“Benjamin Flaus tidak datang,” Evelyn melanjutkan. “Lebih tepatnya, yang mengundang kami bukanlah Benjamin Flaus, melainkan pasangan Axton! Orangtua Dimitri, pacarmu!”

Pacarku?

PACARKU?

Heeee sejak kapan?

Itu kabar menyenangkan. Ketika cowok yang aku kejar demi kepentingan pribadi (iya, aku paham niatku tidak baik) menjawab panggilanku. Namun, jangan konyol! Mana mungkin semudah itu menjerat Dimitri Axton?

Satu, aku bukan tokoh utama. Diana Bloom-lah yang menjadi pusat semesta dari perputaran cerita. Dia bahkan bisa menaklukkan Dimitri dalam sekali kedip. Sangat mudah hingga bisa membujuknya menghabiskan waktu di ranjang dari malam hingga pagi. Sungguh mengagumkan. Tidak terbayang berapa banyak jumlah kalori yang terbakar selama mereka bergulat sepanjang malam?

Dua, terlalu mudah. Bagaimana bisa menjerat Dimitri segampang ini? Aku hanya menangis, memohon, dan mengganggunya dalam telepon. Tidak ada yang istimewa. Aku bahkan berani taruhan Dimitri akan menendangku.

Sekarang rasanya kok jadi aneh?

ANEH.

Oh tunggu sebentar. Aku baru sadar bahwa Samuel dan Evelyn mengenakan pakaian mewah. Gaun dan setelan.

Tiba-tiba saja kesadaran lain muncul dalam diriku.

“Ma, jangan bilang sekarang aku akan bertunangan dengan Dimitri, ya?” tebakku sambil memperhatikan orangtuaku yang semakin melebarkan senyum. “Oh.”

“Seharusnya kamu senang, Re. Mama nggak akan merasa takut. Kamu berada di tangan yang bisa Mama percayai.”

“Papa juga sangat bersyukur,” Samuel menyahut. “Re, kenapa kamu nggak jujur saja waktu itu bahwa kalian pacaran? Papa sempat merasa tertipu.”

VILLAIN'S LOVER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang