Sabtu, hari terakhir perayaan ulang tahun sekolah. Hari ceria (seharusnya karena besok libur) terasa kelabu. Jessica, yang seperti bisa membaca suasana hati, mencoba membujukku mengikuti beberapa kegiatan; mencoba makanan di bazar, menonton pameran lukisan, dan bahkan iseng-iseng kenalan dengan anak dari sekolah lain yang berujung dengan pertanyaan, "Kok ada bocah SMP sekolah di sini?" Haha aku paham. Bahkan ketika suasana hati sedang berada pada level jelek pun masih saja ada gangguan lain.
Oke, bukan salah mereka. Aku yang salah. AKU.
Pada akhirnya aku memohon agar Jessica membiarkanku menyendiri. "Kalau butuh pendengar," kata Jessica sebelum membiarkanku sendirian di perpustakaan. "Hubungi aku. Oke?"
Setelahnya aku hanya terbengong, duduk sendirian, sembari memperhatikan langit di luar jendela. Cuaca cerah, langit begitu biru, dan hanya hatiku saja yang terasa disayat-sayat oleh silet. Sungguh ironis. Ketika aku merasa begitu putus asa dan hancur, justru dunia terlihat baik-baik saja. Kepalaku terisi oleh hal-hal tidak menyenangkan; ekspresi Samuel dan Evelyn yang seperti akan menyerahkanku sebagai perwakilan tumbal pesugihan Bloom, hilangnya semangat memasak padahal aku harus memberi sesajen kepada Dimitri agar dia berpihak kepadaku, lalu wajah Deon Flaus yang muncul di mimpiku!
Dih enggak banget! Aku berdiri dalam balutan gaun pengantin. Di sampingku ada Deon Flaus yang terlihat sama kecutnya denganku. Di hadapan kami berdiri Diego Bloom yang mengucapkan restu pemberkatan pernikahan. Semua orang bertepuk tangan. Kemudian aku melihat Diana Bloom dalam pakaian hijaunya yang seksi tengah menggaet lengan Dimitri. Semua orang tersenyum. Semua orang memberi selamat.
Untung hanya mimpi. Mimpi! Jangan sampai jadi kenyataan! Ini sama saja mengumpankan diriku ke mulut buaya! Rafael Verday pasti on the way menuju kesuksesan. Tinggal menghitung hari menerima pembalasan darinya.
Kesampingkan Rafael Verday! Ada poin lain yang kuno dan menggelisahkan! PERTUNANGAN? Dih sejak kapan Diego Bloom tertarik dengan urusan jodohku? Dulu dia bahkan hanya mau tahu mengenai perkembangan karier milik Diana, bukan aku. Sekarang? Enak saja dia ingin menggiring kebahagiaanku ke tepi jurang dukacita.
Enam belas tahun? Dijodohkan?
Hei aku bukan Siti Nurbaya! Zaman apa ini? Semua orang seharusnya diperbolehkan berpendapat dan menentukan nasib miliknya sendiri. Ya aku tahu Diego Bloom takut jatuh miskin. Oke, tolong jangan seret diriku juga dong! Orang tua yang satu itu memang pantas dikirim santet.
"Kenapa aku harus dijodohkan dengan Deon Flaus?" gerutuku sembari memukul pelan meja agar tidak menimbulkan suara, hmm sekadar penyaluran beban hidup secara "keraz" tanpa bermaksud merusak properti sekolah. "Setidaknya tawarkan aku kepada keluarga besar yang lain!"
Sekarang aku memilih membenamkan wajah ke dalam telapak tangan. Ingin menangis, tetapi air mataku telah kering. Stoknya sudah aku habiskan menangis semalaman. Sekarang saja mataku masih kelihatan bengkak dan jelek! Padahal sudah aku kompres dengan air dingin.
"Apa aku harus pergi keluar negeri?"
Iya juga. Tinggal bujuk Samuel dan Evelyn. Mereka pasti memiliki cadangan uang yang tidak berhubungan dengan bisnis Bloom. Kami bisa memilih negera dengan tingkat keamanan dan pendidikan yang terjamin.
"Apa aku benar-benar harus minggat?"
Oke, sebaiknya pilih metode penyelamatan. Tidak ada salahnya kabur. Berhubung Dimitri belum mengabariku, apa pun, dan hari ini kami belum berjumpa sama sekali, maka tidak ada salahnya memilih opsi lain. Tidak ada kayu, rotan pun jadi. Tidak bisa menikah dengan Dimitri, ganti kewarganegaraan pun bukan ide buruk.
Setelah merasa sedikit lebih baik, aku memutuskan meninggalkan perpustakaan dan langsung menuju area bazar makanan. Ada bermacam stan yang menawarkan jajanan manis maupun gurih. Berhubung belum sarapan, roti isi dan sebotol yogurt dingin pun menjadi pilihan utama. Aku makan dengan lahap. Sangat lahap. Persis orang siap perang!
![](https://img.wattpad.com/cover/319161666-288-k510008.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLAIN'S LOVER (SELESAI)
FantasiaPada kehidupan kedua diriku terlahir sebagai seorang wanita bernama Renata Bloom. Awalnya aku sama sekali tidak menyadari telah masuk ke dalam salah satu novel dewasa dengan banyak bumbu tragedi dan sensualitas. Hei, apa salahnya membaca roman dewas...