Sepanjang hari berdiri, menenggelamkan tangan dalam air dingin, dan berhati-hati membersihkan piring serta perabot dapur agar tidak pecah. Tidak terhitung bentakan dan maki dari koki yang menganggap kerjaku lamban dan tidak profesional. Pulang telat karena harus membersihkan dapur dan menjaga lantai tetap bersih. Lupakan gaji tambahan. Tidak ada yang namanya uang plus karena rajin. Restoran keluarga yang mempekerjakanku terkenal pelit dan tidak ramah terhadap pekerja. Ingin memberi bintang satu karena kurang ramah (TIDAK RAMAH), tetapi aku bukan pelanggan.
Resign?
Duh lupakan. Hidup sudah cukup pahit. Aku butuh uang, bukan uang yang butuh aku. Realistis sajalah.
Hidup amat menyedihkan (seberapa banyak aku harus mengulang kata hidup dan menyedihkan? Benar-benar memuakkan). Maksudku, hidupku. Aduh sudah kesekian kali ini aku menyebut kata “hidup”.
Tentu saja hidup milikku ini memang menyedihkan. Orang lain mati, kemudian jiwanya tersangkut ke tubuh karakter dalam suatu cerita dan menjalani pengalaman menyenangkan. Bayangkan menjadi anak bangsawan, dikelilingi pria tampan, dan kakak-kakak baik hati. Hanya tinggal menjentikkan jari semuanya beres. Tipikal novel dengan bumbu romantis dan kekeluargaan serta pertemanan. Jenis bacaan yang membuat pembaca termotivasi menjalani hidup.
Akan tetapi, tidak denganku! Usai mati di dunia kapitalis yang dipimpin sekelompok elite penjajah yang gemar mengumpulkan uang dari pajak rakyat hanya untuk kepentingan memperkaya diri sendiri, aku terlahir sebagai putri keluarga ningrat! Oke dong? Oke? Harus oke dong! (MAUKU!)
“Oh yeah, keren banget!” Pasti itu yang kalian pikirkan.
Omong kosong. Bahkan pada kehidupan kedua pun aku mendapat petaka. Tentu saja aku belajar dari kehidupan pertama agar tidak membuat orang kuat, orang yang punya kuasa, marah kepadaku. Pokoknya aku hidup sebisa mungkin menjalani rutinitas normal dan wajar. Belajar dengan tekun, menempuh jenjang pendidikan tinggi, dan mendirikan kafe sesuai impianku.
Apa akhirnya berjalan sesuai rencana?
Aku salah. AMAT SALAH. SALAH BESAR. Hanya karena aku menjalani kehidupan normal dan wajar, bukan berarti aku tidak lepas dari masalah. Nah masalahnya BUKAN AKU YANG BUAT PERKARA. Kasarnya aku tidak berkata, “Halo, Masalah. Apa Anda ingin bertemu dengan saya dan memulai acara reog? Sekalian saja saya mainkan gendang dan seruling sebagai latar musik.” Oh tidak sebodoh itu juga.
Pokoknya dilema ini bahkan bukan aku yang mengundangnya!
Oke, aku lahir sebagai putri pasangan Bloom. Orang lain pasti langsung tahu dan paham peran yang ia dapatkan. Aku? HAHAHA diriku bahkan bukan tokoh utama apalagi tokoh antagonis. Ya, hanya karakter sampingan yang bahkan namanya saja tidak disebut dalam cerita. Mana aku tahu sedang menjalankan suatu peran penting dalam novel?
Bagaimana AKHIRNYA aku bisa tahu?
Ya, awalnya sulit. Maksudku ada banyak cerita yang sudah aku baca dan jelas menentukan salah satu dari sekian ratus, ribu, bahkan jutaan cerita yang pernah kubaca itu susah. Aku terlahir sebagai bayi, belajar bicara, kemudian menjalani kehidupan selayaknya remaja. Kesadaranku tiba telat ketika keluargaku, Bloom, mengalami kebangkrutan. Dimulai dari paman, usaha kakekku, kemudian ayahku. Kami jatuh miskin. Kafeku terpaksa dijual demi biaya hidup. Aku dan orangtuaku pindah ke rumah susun. Bukan yang bagus pula! Jenis rumah susun dengan pipa air karatan yang airnya berbau aneh dan sering macet. Tetangga yang berisik lengkap dengan kelompok ibu-ibu penggemar sinetron jambak-jambak. Lampu koridor pun sangat cocok untuk menemani penampakan. Jenis rumah susun yang SEPERTI ITU. Jenis yang akan membuatmu berpikir mengenai “penghuni lain” yang bakalan ikut nimbrung dan mengganggumu dengan cara yang sangat menakutkan.
Lupakan rumah susun. Kembali kepada: Apa hubungannya dengan kesadaran bahwa aku memasuki dunia novel?
Suatu hari Ayah, ayah dalam novel, didatangi oleh sepupuku, Diana Bloom. Berbeda denganku yang makin jelek setelah kebangkrutan Bloom, Diana terlihat cantik dan bugar. Dia bahkan makin bersinar dan tidak lecet sama sekali. Aku yakin dia tidak akan menangis karena tidak mampu membeli tabir surya yang bagus! Kulitku terbakar karena tidak bisa membeli tabir surya secara berkala, bahkan wajahku makin kering karena jarang pakai pelembap. Hidup ini memang suka bercanda. Sayangnya aku tidak suka diberi guyonan.
![](https://img.wattpad.com/cover/319161666-288-k510008.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLAIN'S LOVER (SELESAI)
FantasyPada kehidupan kedua diriku terlahir sebagai seorang wanita bernama Renata Bloom. Awalnya aku sama sekali tidak menyadari telah masuk ke dalam salah satu novel dewasa dengan banyak bumbu tragedi dan sensualitas. Hei, apa salahnya membaca roman dewas...