“Nantangin gue lo?” Perempuan dengan baju ketat itu mendorong bahu Vanza kuat sampai tubuh perempuan itu membentur dinding dengan kuat.
PLAK!
Bunyi tamparan itu menggema di ruangan kelas yang tengah ricuh itu.
Semua orang acuh pada adegan itu, beberapa ada yang menonton dengan malas dan melemparkan tatapan jijik pada Vanza.
“SIAPA YANG NYURUH LO NGERJAIN PR, ANJING!” bentak perempuan itu melampiaskan rasa kesalnya pada Vanza. Ia menjambak rambut Vanza dan meludahi wajah perempuan itu.
Tak senang melihat Vanza duduk tenang di kelas karena mengerjakan PR sedangkan dia harus dihukum.
Memang Vanza sialan! Berani sekali cari gara-gara!
Vanza meringis kesakitan. Ia berusaha melepaskan jambakkan itu tapi tidak berhasil.
Ah, ini karena Gevan menyuruhnya mengerjakan PR tadi malam, coba kalau tidak? Ia tidak akan menjadi pelampiasan seperti ini.
“Lepasin!” Vanza balas mendorong dada perempuan itu kuat.
Kita buat simpel aja, kalau lo dibully dan nggak bisa ngelawan, gue bakal hukum lo di rumah.
Darah dibalas darah.
Begitu kata Gevan tadi saat ia tidak mau bersekolah.
“Salah kamu sendiri kenapa nggak ngerjain PR, kenapa nyalahin aku?” tanya Vanza mengusap pipinya dengan kasar begitu jambakan di rambutnya dilepas.
Perempuan bernama Oliv itu mendelik kesal. “Udah berani lo sama gue?!” bentaknya. “Dasar kurang ajar. Lo bener-bener minta diberi pelajaran. Jalang sialan!”
Cuih!
Ludah itu mendarat dengan sempurna di wajah Oliv membuat semua orang tercengang. Tumben si miskin itu berani.
“Wah nyari mati tuh, Liv. Bunuh aja. Sini lemparin ke gue, biar gue tangkap terus grepe-grepe. Gilir juga boleh nih, nanti malam. Gimana?” usul cowok yang duduk di pojok itu.
Vanza mengepalkan tangannya. Deru napasnya memburu mendengar itu. Ia mendorong Oliv kuat sampai Oliv tersungkur dan dengan Vanza langsung mengambil satu bangku dan melemparkannya pada anak cowok mesum itu.
BRAK!
“ANJING!”
“Tutup pintu! Jangan biarin ada yang masuk. Gue mau kasih tau si nggak tahu diri ini. Kalau udah miskin jangan banyak tingkah!” Cowok itu menyeka darah yang mengalir di dahinya.
“Aman!” Pintu langsung ditahan oleh beberapa cowok membuat Vanza tidak dapat ke mana-mana. Ia mundur melihat tatapan semua orang yang tertuju padanya dengan seringai iblis yang menghiasi bibir mereka.
Risa tampak duduk dengan menghadap ke belakang. Senyuman mengembang sempurna begitu tatapan mereka bertemu.
Ia lantas terkekeh kecil sambil geleng-geleng kepala. “Udah berani ya sekarang?” tanyanya mengacungkan jari tengah.
Sementara Vanya langsung berdiri dari duduknya. Dari pada nanti disalahkan Gevan, ia lebih baik keluar dan mencegah kakaknya untuk masuk ke kelas ini. Biarkan saja Vanza, dia tidak peduli sama sekali.
Vanza meremas roknya. Air matanya hampir jatuh. Ia sudah berkaca-kaca.
Mungkin memang tidak cukup hanya Gevan yang melecehkannya. Lihat laki-laki bernama Dino itu, dia sudah berjalan dengan santai dan tatapan penuh nafsu yang seolah menelanjanginya.
Setetes air matanya jatuh. Ia terus mundur dan mentok di dinding, tidak bisa ke mana-mana.
Napas Vanza menjadi sesak. Ia berjongkok dan menyembunyikan wajahnya di lutut. Bahunya bergetar. Gevan saja sudah berat, apa lagi ditambah dengan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVANO [Living with the Devil]
Romance🔞🔞 Gevan penuh dendam. Setelah kematian sang kakak dengan cara yang begitu sadis, Gevan merasa hidupnya hancur. Belum lagi kecelakaan yang terjadi saat ia hendaknya menyelamatkan sang kakak, membuat kakinya mengalami kelumpuhan. Vanza satu-satunya...