20

140 4 0
                                    

Usai melaksanakan shalat isya, Airin duduk di atas ranjang sambil bersandar di kepala ranjang dengan handphone ditangannya

Ceklek

Airin menoleh ke pintu kamar ternyata Afnan sudah pulang dari masjid

"Udah shalat"tanya Afnan dengan meletakkan sajadah di kursi belajar

"Udah"

"Alhamdulillah jika begitu, mengapa bermain handphone, apakah kepala mu sudah tidak pusing lagi"

"Gabut aja, kepala gw juga udah gak sakit-sakit banget"

"Jika tengah merasa bosan seharusnya Al-Qur'an yang di pegang bukan handphone"

Sontak Airin menurunkan tangannya yang memegang handphone

"Baiklah tuan Afnan,dengan segala hormat saya mengucapkan terimakasih atas nasehatnya"ujar Airin dengan mengikuti gaya bicara Afnan

Afnan tersenyum di balik maskernya
Matanya sedikit menyipit menandakan ia tengah tersenyum dan itu dapat di lihat oleh Airin

"Gw ramal Lo lagi senyum"tebak Airin

Afnan langsung mendatarkan kembali wajahnya membuat matanya tak lagi menyipit

"Yahhh kok datar lagi, setidaknya gw bisa lihat senyum Lo lewat mata yang menyipit itu"lesu Airin

Afnan mengernyit bingung
"Maksudmu"

Airin menghela nafas kesal, apakah ia harus membuang gengsinya, untuk mengatakan jika ia penasaran pada wajah suaminya ini

Airin menutup matanya dengan menunduk
"Sebenarnya gw udah tahan dari lama, kalau gw pengen lihat wajah Lo,tapi gengsi gw terlalu tinggi dan saat itu rasa peduli yang berkaitan dengan Lo itu gak ada, sekarang perlahan gw akan coba belajar untuk menerima pernikahan ini karena bagaimanapun sikap gw ke Lo gak akan ngebuat Lo cerain gw, karena kalau gw yang gugat cerai pasti mama papa gak akan setuju"

Deg

Afnan tertegun mendengar ucapan istrinya barusan yang membuat Afnan merasa bersalah

Afnan mengangkat dagu istrinya yang tertunduk dengan jari telunjuk nya

Sekali lagi Afnan dibuat merasa bersalah,ia lihat mata istrinya yang berkaca-kaca seperti tengah menahan air mata

"Hey"

"Sorry kalau Lo gak nyaman dengan sikap gw ,gw kira Lo sendiri yang akan memperlihatkan wajah Lo tanpa harus gw minta,tapi nyatanya enggak,gw harus tahan rasa penasaran gw yang semakin dalam,gw juga gak tau menahu tentang siapa suami gw,yang gw tau gw di nikahin pria misterius hanya itu tidak dengan yang lain"

Afnan menyeka air mata Airin yang hendak mengalir

"Jangan teteskan air ini didepan saya, maafkan saya Karena sudah membuat mu seperti ini,saya hanya ingin menunggu waktu yang tepat, karena saya tidak ingin kejadian dahulu terulang lagi,hanya itu, maafkan saya yang telah menyakiti hati istri kecil saya ini"

"Nunggu sampai kapan?,dan kejadian apa?, mengapa tak bisa berbagi cerita,apa perlu gw ingetin setiap saat kalau gw ini istri Lo"

"Saya belum siap"

"Huft sesulit itu kah, fine , gw akan nunggu Lo siap cerita sampai detak jantung ini berhenti berdetak sekalipun"

"Jangan katakan seperti itu, secepatnya saya akan cerita kepadamu"

"Hahaha menunggu kembali?"lirih Airin tertawa hambar

Airin meletakkan handphone nya ke atas nakas lalu berbaring membelakangi Afnan

Pesona AfnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang