26

2.3K 343 31
                                    

Na Jaemin melangkahkan kakinya dengan teramat perlahan, menekan dengan ragu satu per satu kode sandi untuk membuka pintu apartemennya.

Pintu terbuka, dan perasaannya semakin kacau terlebih di saat ia mendapati Alicia yang masih terjaga, meski jam sudah menunjukan hampir pukul satu dini hari.

Ia tahu Alicia menyadari kehadirannya, tapi wanita yang tengah sibuk membereskan sesuatu di ruang makan itu bertingkah seakan tidak mempedulikan kedatangannya.

Tidak ada sapaan bahkan tidak menoleh sedikit pun.

Tentu saja itu adalah reaksi paling normal yang akan diberikan siapa pun jika mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Belum tidur?"

Jaemin melanjutkan langkahnya, menghampiri istrinya itu.

Berniat membuka percakapan, meski lebih dari setengah dirinya sangat yakin Alicia tidak akan menjawabnya.

"Orangtuaku datang, dan baru pulang satu jam yang lalu,"

Tidak disangka, Alicia menjawabnya, meski dengan nada dingin dan tidak ada ekspresi sama sekali yang ditunjukkan wajah cantik itu.

Jaemin terdiam, semakin ditekan rasa bersalah memikirkan bagaimana istrinya itu menghadapi orangtuanya, di tengah kekacauan yang sebelumnya ia sebabkan.

"Sekarang, bolehkah aku memberikan penjelasan tentang-"

Tak!

Alicia meletakkan gelas dengan cukup keras hingga membentur permukaan meja makan yang terbuat dari kaca itu, menimbulkan suara nyaring yang membuat Jaemin terkejut dan ucapannya terhenti begitu saja.

"Penjelasan tentang alasan kau meninggalkanku begitu saja dan pergi menemui Sujin?" Alicia menatap Jaemin, dengan sorot mata yang jelas menunjukkan kalau ia terluka, berusaha menekan emosi dan bertingkah baik-baik saja di hadapan orangtuanya.

Tapi sekarang, jelas ia tidak bisa menahannya lagi.

Semua rasa khawatir dan semua pikiran dan perasaan buruknya yang selama ini ia pendam.

Yang ia sempat mengira semuanya sudah benar-benar berakhir saat Jaemin berjanji untuk tidak menemui Sujin lagi apapun alasannya.

"Ayah dan ibuku bertanya 'dimana suamimu?' Kau tahu bagaimana perasaannku saat mereka menanyakan itu?"

"Jika aku menjawab 'Oh, Jaemin? Dia sedang menemui mantan kekasihnya yang sangat tidak berdaya dan hanya mempunyainya sebagai seseorang yang bisa membantu' kau pikir akan bagaimana perasaan mereka?"

Jaemin yang tidak bisa menjawabnya, membuat perasaan Alicia semakin kacau.

Ini sudah sangat fatal baginya.

Jaemin yang seperti tidak memiliki pendirian tetap dengan keputusannya sendiri.

Dengan mudah berjanji namun dengan mudah pula perasaannya tergoyahkan, kemudian kembali terulang, diingkari.

Entah penyebabnya karena lelaki itu memang terlalu baik hati atau ada yang lain lagi.

Sesuatu hal yang 'lain' itu.

"Alicia, maafkan aku, aku sangat bersalah, tapi kumohon, ini yang terakhir, aku tidak tahu kalau Sujin akan sampai berniat mencelakai dirinya sendiri, aku tidak bisa membiarkannya melakukan itu, setelah dia pulih nanti, aku berjanji tidak akan memiliki urusan apapun dengannya lagi,"

Alicia berjalan mendekat, berhadapan dengan Jaemin.

"Kau jelas tahu sebuah janji itu dibuat untuk ditepati. Kau tidak bisa sembarangan berjanji jika hanya untuk berusaha meyakinkan orang lain, sementara kau? Kau bahkan tidak yakin dengan dirimu sendiri."

"Jika sekarang kau tetap ingin menemui Sujin, kemudian dia pulih, tapi tidak menutup kemungkinan dia akan kembali bergantung padamu, apa yang akan kau lakukan?"

"Tetap menemuinya dengan alasan kasihan? Tidak tega?"

"Jika di saat yang bersamaan aku juga ingin mencelakai diriku, siapa yang akan kau pilih?"

Alicia terus menyerang Jaemin dengan semua perasaan dan emosi yang ia pendam cukup lama.

Ia yang sebelumnya terus mengalah, selalu mensugesti dirinya agar tidak menjadi seseorang yang egois, berniat memberi kebebasan pada suaminya hanya dengan syarat untuk tidak melewati batas.

Tapi sepertinya, keputusannya salah besar.

Jaemin yang terus menerus diam seakan menjadi patung namun dengan sorot mata yang begitu penuh dengan rasa bersalah.

Diperuntukkan kepada apa sebenarnya rasa bersalah itu, tidak ada yang tahu.

Alicia menghela nafas berat, sampai saat ini, ia masih bisa bertahan untuk tidak menangis meski suaranya sudah tidak bisa dikondisikan lagi untuk tetap terdengar seolah ia bukanlah orang yang rapuh.

"Daripada itu, sebaiknya kau tanyakan lagi pada dirimu sendiri,"

"Sejak awal, alasanmu mau menemui Sujin, berarti kau yang memulai semuanya kembali, bisa dengan mudah menemui seseorang yang pernah menggoreskan luka yang begitu dalam di hatimu,"

"Berlindung di balik kata kasihan. Sebenarnya, tidakkah alasan yang tepat adalah kau masih memiliki perasaan padanya?"

Jaemin menggeleng, dengan cepat meraih tangan Alicia dan menggenggamnya erat.

"Tidak, aku tidak memiliki perasaan padanya, sedikitpun tidak, percayalah,"

"Teruslah menyangkal, menyangkal namun kembali mengulurkan tangan padanya,"

"Alicia! Sama sekali tidak seperti itu! Aku hanya mencintaimu. Sujin itu hanya masa lalu, dan aku membantunya murni hanya karena rasa kasihan. Alicia, kumohon jangan seperti ini, kau bilang akan selalu mempercayaiku, kan? Sungguh, aku akan cepat membereskan semua kekacauan ini, ini yang terakhir!"

Alicia melepaskan tangannya dari genggaman Jaemin, kepalanya terasa sangat berat.

"Aku tidak tahu, Jaemin. Apa dan bagaimana hal yang harus aku percayai, aku tidak tahu,"

"Pada intinya, aku cukup menyesal karena berpikir semuanya akan baik-baik saja karena pada dasarnya kita memiliki luka yang sama, kau dan aku sama-sama bertujuan dan berusaha untuk bangkit dari masa lalu, namun sekarang aku menyadari. Sepertinya di antara kita berdua, hanya aku yang terus berusaha,"

"Seharusnya aku tidak memilih untuk bersama lelaki yang bahkan tidak bisa berusaha untuk menjauh dari masa lalunya, sekedar menjauh saja tidak bisa, bagaimana ingin melupakan? Terdengar mustahil untuk kita bisa mencapai tujuan itu,"

Jaemin sungguh ingin menahan Alicia sekarang, namun wanita itu kini berjalan menjauhinya.

Meninggalkannya berdiri di ruang makan dengan perasaan kalut.

Ia tidak ingin hal seperti ini terjadi.

Mendengar semua ucapan Alicia.

Jelas ia sudah membuat istrinya itu benar-benar kecewa.


To Be Continued.


Thankyou

and

See You

-vioneee12

Definitely Yours | NA JAEMIN (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang