"Alicia, sampai kapan kau akan menghindari suamimu sendiri?"
Alicia menoleh menatap sang ibu yang baru saja masuk ke dalam kamarnya, Ellena tampak membawakan secangkir susu untuknya.
"Dengan kondisimu yang seperti ini, ibu rasa sudah saatnya kau menemui Jaemin dan bicarakan semuanya baik-baik,"
"Sampai kapan kau akan menyembunyikan hal ini darinya? Dia suamimu, sayang,"
Alicia menggeleng, "Tidak, belum saatnya, aku masih tidak ingin melihat wajahnya,"
Ellena menghela nafas berat, "Lalu alasan apa lagi yang harus ibu berikan padanya? Setiap hari Jaemin selalu datang ke kafe dan menanyakan kabarmu, sudah hampir tiga minggu, dan anak itu terlihat sangat frustasi,"
"Dia pantas mendapatkannya," ucap Alicia pelan, membuang muka.
"Alicia, ibu tahu dan sangat mengerti dengan perasaanmu. Tapi, tidakkah kali ini kau beri dia kesempatan lagi? Pernikahan bukan hal yang sembarangan bisa kau hentikan dan dengan caramu yang seperti ini, kau bersembunyi dan tidak mau bertemu dengannya, entah sampai kapan, kau pikir ini hal yang benar?"
Alicia diam saja mendengar semua ucapan ibunya.
"Kau harus bersyukur ayahmu sedang tidak ada di sini, minggu depan dia akan segera pulang. Kalau ayahmu tahu mengenai apa yang sedang terjadi, ini semua akan menjadi lebih buruk,"
Ellena menyentuh kedua bahu putrinya itu, menepuk-nepuknya pelan.
"Kalau kau terus seperti ini, ini akan berdampak buruk untuk dirimu sendiri, dan juga..." Ellena menyentuh perut putrinya itu, "Pikirkan bagaimana perasaan calon cucuku yang berharga ini, ia bisa ikut merasakan kesedihan ibunya,"
Alicia menatap perutnya yang masih rata itu, fakta mengejutkan yang ia ketahui sejak satu minggu yang lalu, kehamilan.
Perasaannya campur aduk, dan begitu tak karuan, mengetahui dirinya sedang mengandung di saat situasi hubungannya dengan Jaemin yang sedang tidak bisa dikatakan baik itu.
Usia kandungan yang sudah menginjak minggu ke-enam, itu artinya ia sudah mengandung sejak saat Jaemin meninggalkannya di jalan untuk menemui Sujin.
Penyebab mengapa emosinya bisa begitu meledak-ledak tanpa ia bisa kendalikan.
Ahn Sujin.
Lagi-lagi nama itu, memori ketika Jaemin meninggalkannya demi untuk menemui Sujin, masih membekas di ingatannya.
Sakit. Rasanya sangat sakit.
Meski pada akhirnya Jaemin mengatakan kalau ia akan menyelesaikan semua urusannya dengan Sujin.
Tetap saja.
Alicia mengepalkan tangannya kuat, tidak, perasaan itu kembali lagi.
Rasa kecewa itu, yang mana ia selalu berharap perasaan semacam itu tidak akan pernah datang lagi, saat ia memutuskan untuk hidup bersama Jaemin.
Tapi kenyataannya?
Alicia menundukkan wajahnya, "Ibu... aku minta maaf, ta-tapi bisakah ibu tinggalkan aku sekarang? Aku... ingin sendirian,"
Ellena pun tidak bisa mengatakan apapun lagi, memberikan pelukan hangat sekedar ingin menenangkan.
"Istirahatlah,"
"Satu lagi, dengarkan ibu kali ini. Walaupun kau masih belum ingin menemui Jaemin, setidaknya beritahu dia tentang hal ini, kehamilanmu, Jaemin berhak mengetahuinya," ucap Ellena dengan lembut.
Alicia menatap ibunya yang sudah pergi keluar, meninggalkannya sendiri.
Itu yang ia inginkan.
Pada akhirnya Alicia kembali menangis, dengan perasaan yang begitu kalut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Definitely Yours | NA JAEMIN (completed)
FanfictionNa jaemin, mantan pemain wanita kelas kakap, bersama dengan wanita terakhirnya, Alicia. Namun, bagaimana dengan seseorang di masa lalu yang kemudian datang kembali?