#49

239 39 16
                                    

"mau kemana?"

Ayna menoleh kearah nenek Fina
"mau keluar nek, sebentar"

"besok hari pernikahanmu sayang, sebaiknya kamu tetap dirumah ya" larang nenek Fina dengan khawatir.

Ah, menikah ya?
Benar juga, besok adalah hari pernikahannya dengan Jeffan.
Semenjak malam pertengkarannya dengan Valka waktu itu, Valka sama sekali belum menemui Ayna lagi.

"hanya sebentar nek, aku cuma mau cari angin"

Nenek Fina menatap cucunya dengan sendu, situasi yang dialami keluarganya terlebih cucu kesayangannya ini sangat amat membuat gila.
"yasudah, hati-hati ya sayang. Kalo ada apa-apa langsung hubungi nenek"

Ayna senyum, mengangguk, dan mulai melangkah keluar. Mungkin Ayna gak akan bisa menghubungi neneknya karena dia meninggalkan ponselnya dengan sengaja, kepalanya butuh udara segar.

Ayna melangkah kemanapun kakinya membawanya, hingga tanpa sadar kini ia berada dimakam orang tuanya.
"mom, dad. Adek datang" Ayna duduk diantara kedua makam Jean dan Una

"besok adek nikah" Ayna mulai bercerita
"sama Jeffan, bukan sama King" tangisnya luruh lagi, bahunya bergetar naik turun
"gila, ini benar-benar gila dad. Harusnya waktu itu, kalian bawa adek juga. Adek udah gak sanggup disini"

Ayna menceritakan semua perasaan sesak dalam dadanya, hingga berjam-jam lamanya. Hari menjelang malam, awan hitam bergumul siap menumpahkan jutaan uap air kebumi. Dan Ayna masih berada diposisi semula dengan air mata yang masih terus mengalir, rintik hujan yang mulai membasahi tubuhnya tak sedikitpun merubah posisi Ayna.

Satu jam, dua jam berlalu. Dan Ayna masih berada dibawah guyuran hujan yang semakin lebat, langit sudah sepenuhnya gelap. Tubuhnya yang menggigil dan telah pucat, sama sekali tidak Ayna hiraukan. Hingga sepasang lengan kekar melilit pinggangnya dari belakang, dan membawa tubuh Ayna agar bersandar padanya.

Tangis Ayna kembali pecah, aroma ini, Ayna tau aroma ini. Sangat tau.

Valka!

Orang yang saat ini duduk dibelakangnya dan mendekapnya adalah Valka, orang yang telah Ayna hancurkan sehancur-hancurnya.

Valka mengeratkan pelukannya, dagunya ia tumpukan pada bahu Ayna. Keduanya menangis bersama dibawah guyuran hujan, dan ditengah-tengah makam kedua orang tua Ayna.

"gue harus gimana, Aee? Terhadap lo, gue harus gimana?" tanya Ayna disela-sela tangisnya, suaranya saling bersahutan dengan derasnya hujan.

Valka enggan menjawab, yang dilakukannya hanya memeluk Ayna dengan erat.

Sekitar jam 9 malam, Valka membawa Ayna pergi dari area pemakaman. Sepanjang jalan, tangan keduanya saling bertaut erat. Valka yang sibuk menyetir, dan Ayna yang menatap tetesan air yang membasahi bumi diluar jendela.

Hening, tak ada satupun yang buka suara. Yang terdengar hanya rintik hujan serta lagu 'in the name of love' milik Bebe Rexa dan Martin Garrix.

Valka membawa Ayna ke apartemennya, memberikan satu set pakaian miliknya untuk Ayna pakai. Setelah itu, keduanya berbaring berhadapan. Tanpa kata, keduanya hanya saling menatap dengan air mata yang mengalir dari kedua mata mereka berdua.

Tangan dingin Ayna terulur menyentuh pipi Valka, begitupun dengan tangan Valka yang menyentuh pipi Ayna.
"besok, lo udah jadi istri orang. Semoga bahagia ya, Ay. Lo harus bahagia!" bisik Valka

Ayna kembali menangis lalu mengangguk
"lo juga, semoga dapetin pendamping yang lebih baik dari gue"

"pasti, meskipun gue gak yakin" angguk Valka dengan lirih

ADOLESCERE : ALLEEYNA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang