We Should Be

5.5K 208 41
                                    

cw // tw: nsfw, angst, harsh words, unprotected sex, drunk, smoking, violence, incest, dirty words, mention of cheating, m-preg, miscarriage, death chara, mention of suicide.

Mungkin cw dan tw bakal jadi spoiler, tapi ini penting banget, jadi tolong dipahami baik baik sebelum baca ya.

Not happy ending but not bad too. So 😀 enjoy guys, 6k words. Satu lagi, jangan berharap lebih wkwk.

°°°

"Anjing!!! Emang bangsat!" Racau lelaki berumur dua puluh enam itu, sembari kembali menenggak minuman keras di genggamannya.

Kedua sahabatnya sudah terlalu pening melihatnya mabuk sambil tiada hentinya mengumpat. Kesal, marah, kasihan menjadi satu melihat sang sahabat yang begitu terpukul.

Changbin yang paling muda disana merebut botol minuman keras dari tangannya.

"Udah Chan. Besok hari penting, dia yang minta lo dateng. Emang lo bisa nolak?" Tanyanya.

"Ga mungkin kan di acara nikahan nanti lo masih mabok ga jelas gini?" Ucap Lino menambahi.

"Lo berdua tuh ga ngerti, gue sakit hati anjing! Gue yang cinta sama dia, tapi mereka yang nikah. Bangsat! Jangan ngomong lo berdua!!"

Emosi masih tidak stabil. Kalau bukan karena ditahan Lino dan Changbin, seisi bar sudah habis diacak-acak oleh anak tunggal keluarga Bang itu.

"Chan, cinta ga selamanya harus dimiliki. Kadang ada yang harus dikorbanin. Gue paham perasaan lo, kita bakalan ada buat lo."

"Gue setuju sama bang Lino. Chan, lo masih punya kita. Kita yang bakal nemenin lo besok. Lo bisa ngadepin ini."

Kini emosi berpindah pada kesedihan. Air mata yang sejak tadi tertahan kini runtuh juga. Batinnya sudah tersiksa semenjak mendengar kabar jelek itu. Tak punya ia tempat menuangkan kesedihan.

Kalau biasanya sang rumah menjadi tempatnya mengadu selalu terbuka lebar, kini tak ada lagi. Kini sang rumah lah kesedihannya, sang rumah lah kekecewaannya, sang rumah yang tidak akan bisa lagi ia tempati.

"Jahat. Kalian semua jahat sama gue. Gimana bisa gue sanggup?"

Ia teringat akan permintaan seseorang yang ia cintai itu.

Ia teringat akan permintaan seseorang yang ia cintai itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu jahat banget Hyun."

°°°

Changbin menepuk pundak sahabatnya, seolah memberi kekuatan pada bahu lebar yang rapuh itu, memastikan semua akan baik-baik saja. Nyatanya, semua hal itu tak bisa mengubah kekecewaan hatinya saat melihat seorang mempelai wanita berjalan di atas altar menuju lelaki yang sudah menunggu disana dengan senyuman lebar.

Lino menahan Changbin yang ingin mengejar Chan, "Biarin, dia butuh waktu."

Keduanya paham. Apalagi kedua mempelai kini tengah berciuman disana, tanda mereka sudah resmi menjadi suami istri.

Chanjin ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang