Selamat datang di kehidupanku. Memang tak menarik, tapi harus terus berjalan. Hidup yang awalnya bahagia berganti dengan kesedihan tak berkesudahan.
Aku lelah, hidup tanpa arah. Selalu dianggap penyebab masalah sampai tak ada lagi tempat untuk singgah. Mereka terlalu fokus kepada kekuranganku, menggunjingkan kemudian menyebarkan hal yang tak berdasar.
Ya, seperti itu kebanyakan manusia. Mulutnya lebih banyak berfungsi daripada otaknya. Menyebarkan hal yang belum tentu benar tanpa memikirkan konsekuensi yang akan diterima.
Aku muak. Hidup diantara manusia yang lebih percaya dengan kalimat katanya daripada pemikiran mereka sendiri.
Bagiku, tidak masalah bila orang lain yang memerlakukanku seperti itu. Namun, kali ini keluargaku juga melakukan hal yang demikian. Lebih memercayai orang lain daripada anak mereka sendiri.
Bagaimana perasaanmu ketika kau dituduh melakukan sesuatu yang bahkan sama sekali tidak kau lakukan? Tuduhan tak berdasar yang berangsur-angsur mengiris kewarasan.
Inginnya melangkah pergi dari rumah, tapi mengingat ungkapan 'dunia luar lebih kejam daripada rumah cukup' membuatku takut. Walaupun di rumah aku kesakitan, aku berpikir bahwa rasa sakit itu tak sebanding dengan kejamnya dunia luar yang tepat menyentuh fisik kita. Aku belum siap untuk kelaparan, kebingungan mencari tempat berteduh, dan lain sebagainya.
Di tengah kekalutanku, seseorang datang bagai sinar bulan yang menerangi gelapnya hidupku. Dia, Langit Gemintang. Laki-laki pertama yang menjadi temanku dan mengulurkan tangannya ketika aku terjatuh.
Kedatangan Langit, sedikit demi sedikit bebanku berangsur berkurang. Langit lah alasanku tersenyum kembali. Aku bahagia bisa mengenal laki-laki tampan itu walaupun hanya sebentar.
Di tahun kedua kami kenal, Langit pergi jauh meninggalkanku sendiri. Tanpa berpamitan ia meninggalkan kenangan indah yang aku lalui bersamanya.
Hingga kini, sepuluh tahun setelah kepergian Langit, kenangan itu tak jua lenyap. Hatiku bahkan tertutup untuk pria lain selain Langit. Inilah hidupku, yang terus terbelenggu nama Langit di dalam hati. Laki-laki pertama yang mengantarkanku kepada arti cinta yang sesungguhnya.
~Embun Mentari
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Hati
Ficção Adolescente[15+] ROMANCE "Aku tahu, dirimu kini hanya delusi. Namun, kenangan di hati 'kan slalu terpatri." Embun Mentari "Lupakan kenangan tentangku. Bukalah lembaran baru tanpa aku yang menjadi poros hidupmu." Langit Angkasa *** Embun Mentari, seorang gadi...