8

645 68 3
                                    

Cr pinterest*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr pinterest
*****

Xiao Zhan duduk di sudut menanti giliran. Kemarin Wang Yibo mendaftarkan namanya dan ia mendapat nomer antrian lima.

Wang Yibo duduk di sebelah Xiao Zhan dengan tenang. Matanya menatap ke jalan. Sesekali Xiao Zhan meliriknya. Kadang ingin juga diajaknya laki-laki itu bicara, tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Lagi pula, seringkali dia merasa malu melihat kesabaran dan perhatian Wang Yibo yang berlebihan baginya.

Xiao Zhan asyik memikirkan teman-temannya. Mungkin mereka tengah praktikum saat ini. Entah praktikum apa. Xiao Zhan menghela napas. Dielusnya perutnya karena terasa bayinya bergerak. Xiao Zhan ingin mengatakan tentang hal ini pada Wang Yibo tapi dia merasa malu. Yibo sendiri tidak pernah bertanya, karena dia tidak tahu apa-apa tentang itu.

"Nyonya Wang" Seorang suster tua muncul dengan senyum ramahnya.

"Ya," sahut Yibo dan diajaknya Zhan masuk. Dokter tua itu menyukai pasangan yang simpatik ini. Pasangan ini kalem dan tidak cerewet, katanya pada suster.

"Bayangkan," katanya dengan senyum nakal,

"mereka hampir tidak pernah berbicara di dalam kamarku. Tapi dalam mata mereka masing-masing, aku bisa membaca isi hati mereka terhadap satu sama lain."

"Aaaah," kata dokter itu ketika melihat Zhan dari balik kaca matanya.

"Sudah bermain sepak bola, anaknya, Nyonya?"

"Kadang-kadang dia bergerak-gerak Dokter," sahut Nyonya Wang dengan muka merah.

Diliriknya Yibo. Laki-laki itu tersenyum memandangnya. Bertambah merah mukanya. Kadang dia merasa, Wang Yibo senang bergurau. Cuma di hadapannya dia jarang membuka mulut.

"Nou, ya saya periksa dulu. Kalau dia suka berkeliling kutub, terpaksa saya jewer bapaknya. Nah, silakan Nyonya bebaring"

Pemeriksaan selesai dalam waktu singkat.

"Nah, segalanya baik. Datang kembali minggu depan. Sekarang harus lebih sering kontrol karena sudah delapan bulan. Dan bapaknya harus lebih berhati-hati bila menciumi ibunya."

Ah, malunya.

Ketika mereka keluar, hujan sudah mulai turun. Wang Yibo berlari ke parkiran dan membawa mobilnya ke teras untuk menjemput Xiao Zhan.

Di tengah jalan, hujan menjadi sangat deras. Xiao Zhan menggigil.

"Dingin?" tanya Wang Yibo sambil memandangnya melalui kaca spion.

"Sedikit," jawab Zhan dengan kaku.

"Duduklah agak ketengah" Xiao Zhan diam saja. Wang Yibo menjangkau mantelnya di kursi belakang.

"Ini. Pakailah" katanya dan diletakkannya mantel abu-abu di atas pangkuan Zhan.

Xiao Zhan memegangnya sebentar, lalu memutuskan akan memakainya. Dia benar-benar kedinginan.

XIAO ZHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang