DUA HARI setelah Xiao Zhan menerima ijazah kedokterannya, keluarganya mengadakan pesta kelulusannya. Karena lusa Xiao Zhan akan terbang ke Australia dan menikah di sana.
"Kenapa Yiyi sudah lama tidak datang?" tanya Xiao Wen.
"Aku tidak tahu," sahut Xiao Zhan tak acuh.
"Apakah mereka akan datang malam ini?"
"Apakah sangat perlu bagimu, bahwa mereka datang?" bentak Xiao Zhan.
Xiao Wen menanti-nanti kesempatan untuk menelepon. Tapi kakaknya menyuruhnya menghias ruangan dan sejak tadi kakaknya duduk terus di situ, karena telepon sebentar-sebentar berdering dari kawan-kawannya yang memberinya selamat lulus dan selamat menikah.
"Seingatku belum pernah dia tampak begitu bahagia," kata bibinya di dapur. Ibunya mengangguk.
"Tunangannya di Perth sudah membeli sebuah rumah bertingkat dengan kebun luas. Kau kan tahu anak itu hobi berkebun. Dia dijanjikan akan diajarkan cara menunggang kuda. Mereka akan mengelilingi benua Australia dengan Maserati yang baru dibeli Jingyu seharga... entah berapa harganya. aku lupa."
"Tapi bagaimana dengan A Yi?"
"Aku juga pusing. Tapi ayahnya menganggapnya sudah dewasa dan membiarkannya mengambil keputusan sendiri. Kita, orang tua-tua memberi nasihat begini, ya kalau membawa bahagia, kalau tidak! Biarlah dia memutuskan sendiri, ke mana dia akan pergi. Yibo sendiri sudah mengatakan demikian pada kami. Dan mereka sudah agak lama tidak pernah datang. Biasanya, A Yi bermalam di sini setiap pekan. Ibunya sudah mulai mengajarkannya bahasa Inggris sepatah-sepatah. Anak itu memang cerdas. Entah mengapa, mereka sudah sebulan tidak pernah datang."
"Kau tidak pernah membicarakan persoalan ini dengan Zhan?"
"Kami tidak pernah menyinggung hal ini, kecuali dia sendiri yang memulainya."
"Dan Yibo tidak mau menikah?"
"Aku sudah menemui ibunya dan bersama-sama sudah pula kami panggil dia. Tapi Yibo bilang, belum dulu."
"Apakah... apakah " Bibi Xiao Zhan menoleh ke belakang lalu mendekatkan bibirnya ke telinga adiknya.
"Apakah Yibo mencintai anak itu?"
"Xiao Zhan maksudmu? Entahlah. Yibo tidak pernah mengatakan apa-apa."
Bibi Xiao Zhan memberengut.
"Aku heran mengapa kau selalu menganggap cinta itu sesuatu yang harus dikatakan? Bukankah cinta itu dapat juga dilihat dan dirasakan dalam tindakan dan perbuatan? kalau aku jadi engkau, akan kutanyai Xiao Zhan sejelas-jelasnya, supaya dia tidak menyesal dengan keputusan yang diambilnya. Sudah jelas sekali, seperti petir di malam hari, seperti matahari pukul dua belas siang, bahwa Yibo mencintai anakmu! Aku tidak ragu-ragu lagi. Aku tidak mungkin salah. Aku pertaruhkan leherku ini, bila dugaanku keliru."
"Di sini ada seorang laki-laki yang penuh tanggung jawab, mencintai keluarganya, anaknya, berbakti pada orang tuanya, cukup penghasilannya, bahkan kaya. Dan juga anak itu! Aku tidak habis pikir bagaimana Xiao Zhan nanti akan melupakan anaknya. Bagiku, adalah mustahil melupakan anak kandung sendiri. Tapi apakah Xiao Zhan betul-betul bermaksud meninggalkan anaknya? Ketika dulu mereka bertiga ke rumahku, tampak betul betapa Xiao Zhan tidak mengacuhkan anaknya. Kalau mereka berdua bisa menikah.. "
"Xiao Zhan membenci Yibo karena perbuatannya. Betul. Tapi bukankah dia sudah dihukum? Tidakkah dia dapat memaafkan dan melupakan? Tanyakan padanya, apakah dia itu manusia yang bebas dari dosa?"
"Tapi, Jie, kau tahu kan, Yibo itu tidak dihukum. Dia dibebaskan."
"Aku tahu itu. Maksudku, selama tiga tahun ini dia sudah mendapatkan sendiri hukumannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
XIAO ZHAN
RomanceXiao zhan seorang mahasiswa kedokteran yang masih hijau dalam suatu pesta gila tertimpa malapetaka. Akibatnya, rencana studi, bahkan seluruh rencana hidup kacau-balau. Hati Xiao zhan terkoyak antara ikatan yang tak dikehendakinya dengan pemuda yang...