9

659 71 9
                                    

Cr pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr pinterest

❤❤❤

Xiao Zhan seperti hidup dalam mimpi. Selama lima hari di rumah sakit, pikirannya terasa kosong. Perasaan apa pun tidak ada padanya. Karena air susunya sangat banyak, maka dia terpaksa menyusui anak Iaki-lakinya, meskipun hal itu sama sekali tidak disukainya. Enam kali sehari, Suster Yu membawa masuk Wang Xiao Yi ke kamar ibunya.

Setiap kali melihat bungkusan berselimut itu, Xiao Zhan menjadi tegang. Jauh di dalam hatinya, dia sangat ingin melempar bayi itu dan melihatnya meronta-ronta, menangis kesakitan. Akan tetapi bila dia menunduk memperhatikan monyet kecil itu, dilihatnya betapa tidak berdayanya Xiao Yi. Betapa lembut dia. Mulutnya yang kecil itu bergerak-gerak dan betapa lembut dia mengisap, seakan-akan takut menyakiti ibunya.

Mau tidak mau, air mata Xiao Zhan berlinang. Diusap-usapnya kepala yang lembut dan kecil itu. Semuanya bagian dari dirinya, akan tetapi dia tetap tidak mau mengakuinya. Sesekali, sambil menyusu, Xiao Yi membuka matanya dan memandangi ibunya. Xiao Zhan merasa tertusuk. Dirasanya, anak itu bertanya dengan matanya, mengapa Ibu tidak menyukaiku?

"Kau tidak minta dilahirkan, bukan?!" kata Xiao Zhan dalam hati sambil membelainya dan mata kecil itu menutup kembali.

Ketika Yibo datang sore-sore, Xiao Zhan sudah bangun. Di sampingnya terbaring anaknya. Baru disusui. Melihat Yibo, dia diam saja. Tidak sepatah pun keluar dari mulutnya. Yibo merasa sangat canggung. Dia datang seorang diri, karena ibunya sakit. Ayahnya sedang pergi ke Singapura. Ah, orang tuanya memutuskan rujuk saat Yibo dipenjara.

"Anakmu sangat tampan" katanya mencoba tertawa.

"Hm," dengus Xiao Zhan.

Yibo menggigit bibir.

"Kenapa dia tidur terus?"

"Mana aku tahu! Tolong ambilkan popok" kata Xiao Zhan tanpa menjawab pertanyaannya.

"Tolong ganti. Dia kencing."

Dengan susah payah, Yibo berusaha mengangkat kaki anaknya. Dia sangat takut mematahkan tulangnya yang begitu lunak. Xiao Zhan diam saja. Tidak membantunya. Malah memperhatikan pun tidak.

Hari Rabu Xiao Zhan sudah boleh pulang. Yibo datang bersama ibunya. Ketika diulurnya tangannya hendak membantu Xiao Zhan, dia ditolak dengan siku istrinya. Sebaliknya, Xiao Zhan mengulurkan bayinya. Yibo segera menerimanya, dan dengan hati-hati digendongnya bungkusan yang berharga itu. Seperti anak kecil mendapat mainan, dia melangkah cepat-cepat tanpa menantikan ibunya dan Xiao Zhan.

Mulailah hidup baru bagi Xiao Zhan. Dia kembali ke rumah ibunya. Semua tetangga penuh pengertian padanya. Mereka tau tentang perkosaan itu, tentang proses pengadilan yang tidak ada, tentang pernikahan di Catatan Sipil, tentang kelahiran Xiao Yi.

Mereka tidak menuduh Xiao Zhan. Namun mereka tidak pula menuduh Wang Yibo. Setiap orang yang mengenal Wang Yibo saat itu... setiap orang kecuali Xiao Zhan mempunyai simpati padanya, merasa kasihan, dan tidak menyalahkan perbuatannya berlarut-larut. Semua orang-kecuali Xiao Zhan beranggapan, Yibo masih cukup baik. Masih bisa diperbaiki dan sudah menunjukkan perbaikan.

XIAO ZHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang