XIAO ZHAN

18

Xiao Zhan membuka pintu kaca. Dia tahu siapa yang datang.

"Masuklah. Kenapa lama sekali."

"Ada siapa?"

Sebelum Xiao Zhan menjawab, Jingyu sudah ada di situ.

"Hei, Xiao Wen! Ada apa?"

"Oh, Jingyu Ge! Tidak ada apa-apa. Aku biasa tidur di sini kalau Yibo Ge pergi."

"i see" seru Jingyu

"Bukan kakakmu yang meneleponmu? Atau memang suatu penjagaan saja?"

Xiao Wen tertawa. Xiao Zhan tiba-tiba asyik dengan kenop pintu yang tidak apa-apa.

"Apakah memang dia itu pencemburu?"

"Dia siapa?"

"My rival"

"Jingyu," tegur Xiao Zhan dengan halus.

"Maaf. Maksudku apa kakak iparmu itu suka cemburu?" Xiao Wen tertawa tanpa komentar.

"Kau tidak bawa buku?"

"Tidak, ge. Baru tadi siang tentamen. Aku mau baca komik saja."

"Ah, carilah di dalam kamarku. Ada satu yang baru. Kalau tidak salah, ada di atas meja kerja Yibo"

"Sekarang kau di mana?" tanya Jingyu.

"Tingkat satu kedokteran."

"Sebenarnya dia mau masuk teknik, tapi tidak diterima," kata Xiao Zhan.

Xiao Wen tertawa lalu cepat-cepat masuk ke dalam. Jingyu menjatuhkan diri ke atas sofa panjang, di mana juga duduk nyonya rumah.

"Kalau dia masih mau teknik, aku dapat mengusahakan dia masuk di universitasku."

"Dari mana uangnya? Kau pikir sekolah di luar negeri tidak mahal?"

"Uang kuliah bukan masalah. Asal dia mau. Uang saku tidak seberapa. Ada asrama. Tidak mahal. Tahun kedua dia dapat meminta beasiswa.

"Aku rasa, dia takkan mau."

"'Kenapa?"

Xiao Zhan tertawa.

"Dia sudah jatuh cinta pada teman kuliahnya!"

"Kurasa kita tidak bisa pergi malam ini, bukan?" tanya Jingyu.

"Tanpa melukai hati adikmu sebagai penjaga. Aku tidak mau bermusuhan dengan dia. Bagaimana kalau kita main scrabble? "

Tanpa menjawab, Xiao Zhan bangkit lalu membuka lemari kecil dari meja di sudut. Dari situ dikeluarkannya sebuah kotak.

"Masih yang dulu?" tanya Jingyu dengan nada senang.

Xiao Zhan mengangguk.

"Masih pemberianmu yang dulu."