"Jika aku diam bukan berarti aku kalah!" kata-kata Lacip terus terngiang di telinga Mbah Wir. Kata-kata yang dibisikkan oleh Lacip melalui telepati, sesaat setelah Bolo Sewu nyengkiwing tubuhnya lalu membawanya ke utara, ke arah jurang di lereng Raung. Mbah Wir merasakan kalimat yang diucapkan Lacip penuh amarah dan kebencian, ada demdam yang berkobar. Menyala-nyala, Kobaran api dendam yang akan mampu meluluh lantakkan apa pun yang ada di dekatnya.
Mbah Wir, menyesap rokok klobotnya di pendopo seperti biasa, pikirannya masih tertuju pada kalimat yang diucapkan Lacip sebelum dia dibawa oleh bolo sewu ke utara, menuju Jurang Raung. Mbah Wir, memejamkan mata, menajamkan penglihatan batin. Mencoba melacak keberadaan Lacip, tapi semuanya gelap, ada kabut tebal dan gelap tak tertembus. Kabut tebal dan gelap seolah tak terujung, semakin masuk ke dalam kabut hitam, Mbah Wir semakin kehilangan arah.
Saat Mbah Wir membuka mata, ada duka menggelayut manja, ''Lacip masih sangat muda,'' keluhnya. "Dia hanya remaja yang beranjak dewasa, kenapa mesti keblinger jadi anteknya PKI!" jelas ada amarah penyesalan dalam nada bicaranya. "Lacip, memiliki ilmu kanuragan yang tinggi dan ilmu bathin yang mumpuni.'' Mbah wir kindar masih ngruweng sendiri, helaan nafasnya berat.
''MATAMU CIP, RAMIKIR AWAKMU!"
Tiba-tiba, Mbah Wir mengumpat keras, hampir berteriak. Hatinya resah, Lacip begitu menyita perhatiannnya. "Harusnya aku senang, Lacip yang begitu menginginkan nyawaku dan nyawa seluruh keluarga Ndoroku telah dapat kusingkirkan, tapi nyatanya aku begitu gelisah?! aku tidak pernah tenang sejak Lacip di bawa ke jurang oleh bolo sewu."
Sekuat apa pun Mbah Wir berusaha menepis rasa kehilangan dan rasa bersalah, tetap saja tak mampu menepisnya. "Harusnya aku bisa menyelamatkan lalu membimbingnya menjadi manusia yang lebih baik,'' lagi-lagi Mbah Wir menyalahkan diri sendiri.
"Mestinya, aku bisa mengurungnya di sini, di Lembah Biru. Bukan membuangnya ke jurang." penyesalan benar-benar mengusai Mbah Wir.
"Kini aku tidak mungkin menyelamatkannya, jurang tak tertembus, tidak olehku atau oleh bolo sewu. Bolo sewu bisa meletakkan mereka semua ke jurang karena Ndoro Putri mengijinkan, Ndoro Putri pasti telah memagari area di mana mereka diletakkan.
Aku tidak mungkin menyampaikan keresahanku kepada Ndoro Putri, mengingat perbuatan Lacip. Ndoro Putri tidak mungkin mengijinkan untuk mencari Lacip apalagi berkenan membuka pagar gaib.
Titah beliau sudah pun terucap, 'tidak ada yang bisa keluar dari sana kecuali memiliki keikhlasan.' Bagaimana pemuda searogan Lacip bisa keluar dari sana?!"
__________________________
Sepekan sebelumnya.
Satu-persatu, para pembunuh bayaran diletakkan kedalam jurang oleh bolo sewu. Jurang itu sangat dalam, jika pohon paling besar di belantara Raung dipotong lalu dijatuhkan ke jurang, maka suara batang pohon tidak akan terdengar saat jatuh, saking dalamnya.
Dari cerita turun temurun dari leluhur, Jurang sesungguhnya sebagai tameng dan penyelamat bagi orang-orang yang tinggal di sebelah timur selatan Raung. Jika Raung 'ndandan'--- mengeluarkan lahar, maka lahar akan mengalir lewat Jurang. Hingga tidak akan meluber ke perkampungan, lahar akan berjalan dengan tenang menuju muara, muaranya adalah laut selatan.
Di dalam jurang ada air terjun, dari air terjun, mengalir membentuk sungai. Sungai ini mengairi ribuan hektar sawah dan kebun hingga laut selatan, melewati Lembah Biru. Sekarang, sungai dari air terjun menjadi sumber air bagi jutaan warga di bawahnya. Disalurkan melalui pipa ke desa-desa dan kota-kota di sekitarnya, baik yang dibangun oleh suwasta maupun pemerintah.
Untuk mencapai air terjun, harus menembus pekatnya belantara Raung lalu membuat jalan sendiri menuruni jurang. Jika ingin menuju air terjun, mesti membawa peralatan lengkap dan memadai, karena jika tergelincir maka nyawa taruhannya. Setelah menuruni jurang, harus menyebarangi sungai berkali-kali, melewati banyak air terjun yang lebih pendek. Air terjun ini juga terbentuk dari air terjun inti---air terjun yang paling tinggi. Bagi yang memiliki keberanian bisa menaiki tebing, mencapai gua dibalik air terjun yang paling tinggi, di sana juga ada banyak air terjun kecil-kecil yang sangat indah.
Dari keterangan orang-orang yang pernah ke sana dan pengalaman pribadi, saat kita menyebrangi sungai. Hitungan berbeda, antara orang satu dengan lainnya, ada yang mengatakan menyebrang tujuh kali, ada yang mengatakan sebelas kali, ada juga yang bilang tujuh belas kali bahkan ada yang bilang menyeberang dua puluh satu kali. Sedikit membingungkan.
Dari pengalaman pribadi, tiga kali kesana hitungan memang berbeda. Semakin bernafsu ingin cepat sampai maka akan terasa lebih jauh, medan akan terasa lebih berat. Apalagi jika mengeluh tidak berkesudahan, maka akan sangat sulit mencapai air terjun.
Para pembunuh bayaran diletakkan di bagian terdalam dan terasing dari jurang, bagian yang tidak pernah terjamah oleh manusia. Sisi paling gelap dari jurang.
_________________
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMBOLO GENI BOLO SEWU
TerrorKisah ini adalah kisah yang tidak pernah diceritatakan---untold story. Terjadi tahun 1962, di sebuah dusun kecil bernama Lembah Biru. Letak Lembah biru berada di lereng selatan Gunung Raung dan sebelah timur Gunung Kumitir. Kisah tentang seorang pen...