Bagian 13 Serangan Terakhir

235 22 0
                                    


Para penduduk sipil yang baru saja dibebaskan dari penjara bawah tanah yang ada di kota Orluire dijemput dengan menggunakan helikopter pengangkut An Naqil. Total jumlah penduduk yang ditemukan sejumlah 100 orang di kastil. Itu artinya masih ada sekitar 150 warga muslim yang belum ditemukan di Edela. Menurut prajurit kastil, 150 orang yang belum ditemukan itu sudah dijual sebagai budak ke beberapa bangsawan atau pengusaha tambang. Bahkan sebagian sedang proses dibawa ke wilayah Leonia melalui bekas perbatasan kerajaan Scotia.

Namun puji syukur masih tetap terucap lantaran para Ghazi berhasil menyelamatkan ke 100 orang yang sekarang sedang dalam proses pemulangan ke tempat tinggal mereka masing-masing di kota Gaza. Sehari setelah pembebasan kota Orluire, salah satu anggota Ahmed, Faruq Sa'ud melangsungkan sebuah pernikahan pertama yang dilakukan dengan penduduk lokal dari dunia Edela, Lusie Loreena. Tidak ada pesta pernikahan seperti yang biasa dilakukan selain dengan acara makan-makan bersama dengan para prajurit Ghazi dan perawat muslim, hal tersebut dikarenakan situasi dan kondisi yang kurang sepadan, mengingat mereka baru saja berperang. Namun peristiwa tersebut merupakan salah satu peristiwa bahagia yang patut dikenang.

Ditambah lagi dengan kedatangan pimpinan tertinggi militer di Edela, Jenderal Ayyub yang tertarik dengan pernikahan itu. Hal ini mengingatkan beliau dengan kisah di masa lampau di zaman kenabian ketika muslim muhajirin dinikahkan dengan muslim dari kalangan Anshor untuk lebih mengikat tali persaudaraan di antara mereka. Jenderal Ayyub pun menganjurkan pernikahan seperti ini antar penduduk Edela yang sudah menjadi muslim dengan orang-orang muslim yang berasal dari balik Al Jisr, termasuk para prajurit Ghazi yang masih lajang untuk lebih mengikat tali persaudaraan sesama muslim.

Selain itu untuk mereka yang berminat, para prajurit Ghazi pun juga diperbolehkan untuk bermukim atau tinggal di wilayah Edela bila perang nanti telah usai, mengingat beberapa kota sudah menjadi bagian dari wilayah Daulah Islam. Hal itu juga yang nantinya dilakukan oleh Faruq dan Lusie yang memutuskan untuk menetap di salah satu kota yang ada di Edela meskipun mereka belum menentukan kota mana yang akan mereka tempati.

Di lain sisi, orang-orang Edela yang sudah menjadi warga Daulah pun diberikan hak yang sama layaknya penduduk muslim di Bumi seperti pendidikan, kesehatan, akses listrik dan air meskipun sebagian besar fasilitas-fasilitas itu masih dalam proses pembangunan. Seperti di kota Eklaire dimana proses pembangunan sekolah baru dan sebuah rumah sakit hampir selesai dilakukan, berikut juga dengan instalasi listrik dan air ledeng yang diambil dari bendungan sungai terdekat dari kota.

Salah satu masalah yang muncul adalah sulitnya mengajak para penduduk mengikuti pendidikan. Kebanyakan penduduk masih kurang memahami pentingnya pendidikan dan enggan mendaftar ke sekolah-sekolah yang didirikan oleh daulah. Orang tua dari anak-anak dan pemuda yang ada di Edela lebih memilih untuk mengajak anaknya ikut bekerja daripada mengikuti pendidikan. Berbagai program pun direncanakan untuk meningkatkan minat belajar penduduk mulai dari pemberian jatah makan siang dari sekolah, uang saku pelajar, bahkan sampai jaminan lapangan kerja di masa depan untuk yang bersedia mengikuti jenjang pendidikan tinggi. Tentu saja program-program tersebut baru dapat diberlakukan secara penuh setelah kondisi di Edela lebih stabil dan perang dengan Leonia selesai.

Sosialisasi diadakan untuk mengenalkan para warga dengan alat-alat dan teknologi modern, khususnya peralatan rumah tangga yang pertama kali beredar seperti kompor gas dan alat-alat bantu rumah tangga lainnya. Seperti halnya orang-orang yang tidak pernah melihat teknologi modern sebelumnya, awalnya para warga akan berpikir bahwa alat-alat tersebut merupakan alat sihir. Namun lambat laun nanti diharapkan mereka dapat memahami perbedaan antara teknologi dengan sihir seiring berjalannya waktu.

Nyatanya penduduk Edela pada umumnya menyembah dewa yang berbeda-beda. Seperti di kota Eklaire yang sebagian besar penduduknya menyembah dewa tanah yang dinamai 'Eldar', di Orluire penduduknya menyembah dewa laut yang dinamai 'Eagi'. Selain itu mereka juga cenderung mempercayai berbagai tahayul seperti halnya penyembahan kepada dewa pada umumnya meliputi sesajen, pengorbanan, dan jimat. Para petinggi muslim tahu benar bahwa mengubah hal seperti ini secara total akan membutuhkan waktu dan perlu dilakukan secara perlahan tapi pasti.

Dan Begitulah Penerus Dinasti Utsmaniyah Berjihad di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang