Assalamuálaikum semuanya. Yah alhamdulillah, akhirnya bisa update lagi setelah beberapa bulan. Akhir-akhir ini aku kesulitan mengatur waktu, ditambah lagi komputerku juga rusak bulan lalu dan belum lama ini aku baru bisa dapat gantinya.
Semoga bab ini tidak mengecewakan dan dapat menghibur kalian, meskipun di bab ini masih cukup minim adegan aksinya, tidak seperti di beberapa bab sebelumnya. Seperti biasa, saya tunggu pendapat dan komentar dari para pembaca sekalian.
Selamat membaca
###
"Sultan Osman?"
Melihat sang khalifah pun Ahmed langsung berdiri dan menghormat ke sang khalifah. Cecilia yang masih duduk di samping Ahmed terkejut dan bingung melihat tingkah Ahmed. Pasalnya Cecilia memang masih belum mengetahui siapa Sultan Osman yang disebut Ahmed di depannya sekarang. Di sisi lain, Sultan Osman yang melihat Ahmed tersenyum membalas penghormatan Ahmed seraya memberikan salam.
"Assalamualaikum, Senang bertemu denganmu Kapten Ahmed." Tangan Sultan Osman terulur, tanda mengajak Ahmed berjabat tangan.
"Walaikumsalam, saya merasa terhormat untuk bertemu dengan Anda langsung sultan." Jawab Ahmed dengan senyum yang lebar sambil menyambut jabatan tangan sang Sultan.
Seumur hidup Ahmed bahkan tidak pernah terbesit di pikirannya sekalipun untuk dapat bertemu dengan sang Sultan secara langsung. Ahmed hanya pernah melihat Sultan Osman dari tayangan TV dan berita saja. Pidato-pidatonya seringkali menginspirasi dan memotivasi Ahmed. Tidak seperti pemimpin dari negara-negara lain yang hipokrit dan hanya mengucapkan omong kosong belaka di pidatonya.
Apapun yang diucapkan oleh Sultan Osman pasti akan berusaha diwujudkan olehnya cepat atau lambat. Ahmed bahkan teringat Sultan Osman pernah berkata di salah satu pidatonya bahwa jabatannya sebagai khalifah siap digantikan jika kebijakannya tidak selaras dengan syariat Islam ataupun dengan harapan rakyat.
"Duduklah kapten, kita berbincang sebentar, khususnya dengan gadis muda yang sekarang berada di sampingmu." Ajak Sultan sambil dirinya juga mendudukkan badannya sendiri di kursi seberang Ahmed diikuti oleh kolonel Umar di samping Sultan. Baret yang dipakai oleh keduanya pun dilepas dan diletakkan di meja depan mereka. Ahmed pun menurutinya dan ikut duduk di seberang kolonel dan Sultan. Di sisi lain, Cecilia yang tidak mengerti pembicaraan mereka dan tidak dapat menahan rasa penasarannya pun akhirnya bertanya ke Ahmed melalui bisikan.
"Ahmed, siapa orang ini?"
Mendengar pertanyaan itu, Ahmed tersadar bahwa ada beberapa hal yang mungkin belum diceritakannya ke Cecilia. Salah satunya adalah perihal seseorang yang menjadi pemimpin di negeri kaum muslimin. Lagipula Ahmed sendiri juga tidak menduga jika akan bertemu dengan sang Sultan dalam waktu dekat.
"Sultan Osman, seorang khalifah yang memimpin seluruh wilayah Daulah Islam."
"Khalifah?"
Kata khalifah masih terasa asing di telinga Cecilia karena Cecilia tidak pernah mendengar istilah tersebut sebelumnya. Membuat Ahmed harus menjelaskannya sedikit.
"Mungkin jika di tempatmu lebih seperti raja atau kaisar yang menjadi pemimpin seluruh negeri. Meskipun keduanya tidak benar-benar sama."
"HAH, RAJA? KAISAR?"
Cecilia yang terkejut pun tanpa sengaja mengeraskan suaranya sendiri, membuat dua orang yang berada di hadapannya langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan heran. Cecilia yang menyadari tingkah bodohnya langsung merasa malu dan menunduk sambil mencoba meminta maaf kepada sultan Osman. Orang yang ada di hadapannya adalah seorang raja dari negeri besar Daulah Islam dan tidak seharusnya dirinya mempermalukan dirinya seperti itu, pikir Cecilia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Begitulah Penerus Dinasti Utsmaniyah Berjihad di Dunia Lain
AventureSebuah kisah perandaian yang ditulis oleh seorang penggemar cerita Isekai yang menginginkan sebuah kebangkitan Islam. Menceritakan tentang Daulah Khilafah Utsmani yang berhasil dicegah dari keruntuhannya oleh Khalifah Abdul Hamid 2. Umat Islam berha...