27 Mei 2029
Udara dingin dapat dirasakan oleh setiap orang yang bangun. Kebanyakan orang di waktu yang sama akan lebih memilih untuk meringkuk di tempat tidur sambil merapatkan selimut mereka. Tapi tidak dengan pasukan Ahmed dan para tahanan muslim lainnya. Mereka bangun dari tidur, mengambil air laut yang jaraknya sekitar 20 meter dari gudang untuk digunakan berwudhu, lalu menunaikan sholat Subuh.
Tentunya untuk para tahanan yang seluruhnya seorang wanita harus bergantian untuk menggunakan semacam "mukena darurat" yang dijahit secara kasar oleh mereka sendiri, sedangkan Ahmed dan pasukannya hanya bisa membantu mencarikan kain tak terpakai. Ahmed sedikit merutuki dirinya sendiri karena melupakan masalah perangkat sholat yang lupa mereka bawakan untuk bisa digunakan para tahanan wanita. Saat itu juga para tahanan yang dibebaskan oleh Ahmed untuk pertama kalinya bisa melakukan sholat dengan tenang setelah sebelumnya mereka tidak punya alat sholat dan juga sering dihalangi oleh tentara atau pun penjaga.
Salah satu yang bangun di hari itu adalah Cecilia, bukan karena dia ikut sholat, tapi karena mendengar dari luar suara langkah kaki yang berjalan kesana kemari yang membuatnya terbangun. Karena Cecilia penasaran, dia berjalan keluar dari ruangan di mana semua orang tertidur dan melihat orang-orang muslim yang melakukan sholat di pagi hari. Sesaat kemudian Cecilia mendapati Ahmed yang kebetulan baru saja selesai sholat. Tentu saja Cecilia yang penasaran akan langsung bertanya.
"Apa yang sedang kalian lakukan di pagi-pagi buta begini?"
"Singkatnya, kami sedang berdoa."
"Berdoa? Apakah harus di pagi-pagi buta seperti ini? bukankah itu merepotkan?"
"Ini sudah jadi perintah dari tuhan kami."
Dengan menjawab begitu saja, Ahmed berlalu untuk kemudian berbicara dengan bawahannya yang lain. mereka tampak mendiskusikan sesuatu yang penting. Cecilia kembali tertegun dengan ucapan Ahmed. Sambil kembali mengamati orang-orang yang sedang menjalani giliran sholat. Cecilia kembali mencoba membandingkannya dengan agama-agama yang ada di negerinya. Jarang sekali ada pengikut selain para pemuka agama yang begitu taat menjalani kegiatan ritual agama mereka. Apalagi dalam jumlah besar seperti ini.
Kali ini Cecilia mendapati Sylvania yang juga sudah selesai menjalankan sholatnya. Karena pakaiannya yang cukup tertutup dengan menggunakan semacam sarung tangan, Sylvania tidak perlu menggunakan sejenis mukena. Sebenarnya Sylvania ikut sholat bersama Ahmed, namun karena ada hal lain yang dilakukannya, Sylvania pun akhirnya lewat belakangan. Karena masih penasaran, Cecilia pun memanggil Sylvania.
"Hei kau telinga runcing!" Cecilia memanggilnya demikian, terlepas dari telinga Sylvania yang tertutup oleh sebuah kerudung.
"Apa?" Sylvania menjawab sambil sedikit memutar bola matanya. Sylvania yang dipanggil seperti itu tentu saja geram, tapi tetap memenuhi panggilan Cecilia dengan jengkel.
"Kenapa kau ikut berdoa bersama mereka? Kau seorang Elf bukan?"
Dengan masih menunjukkan wajah jengkel, Sylvania mengangguk.
"Tapi... bukannya Elf bangsa yang paling fanatik terhadap dewa Solus? Kalau tidak salah kalian juga memuja roh-roh nenek moyang bukan?"
Sylvania mengubah ekspresi wajahnya menjadi sedikit melunak. Matanya tiba-tiba menarawang jauh ke masa lalu.
"kau benar, dulu aku juga termasuk pemuja dewa solus dan juga roh nenek moyang seperti para Elf yang lain. Kemudian Ahmed mengenalkanku dengan Islam, menunjukkanku sebuah eksistensi yang jauh lebih kuat dari pada dewa-dewa yang pernah aku kenal... tidak, bukan hanya dewa, tetapi lebih kuat dari apapun yang ada di dunia ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Begitulah Penerus Dinasti Utsmaniyah Berjihad di Dunia Lain
AventuraSebuah kisah perandaian yang ditulis oleh seorang penggemar cerita Isekai yang menginginkan sebuah kebangkitan Islam. Menceritakan tentang Daulah Khilafah Utsmani yang berhasil dicegah dari keruntuhannya oleh Khalifah Abdul Hamid 2. Umat Islam berha...