Bagian 40 Dari Belakang Garis Musuh

139 15 12
                                    

Assalamualaikum Minna-san, yah baru bisa upload update lagi ya setelah sekian lama. Tahun ini agak berat untuk saya. Dikarenakan suatu masalah, saya harus resign dari pekerjaan saya, mencari pekerjaan baru, dan setelah mendapat pekerjaan di tempat baru harus adaptasi lagi dengan jobdesk yang agak berbeda, jadi sedikit curhat ya, tapi ya mungkin itu penyebab progress penulisan saya jadi menurun drastis.

Bagi pembaca dan follower saya, jika ingin memberikan ide dan masukan yang bisa berguna untuk keberlangsungan cerita ini, saya menyambut baik ide dan masukannya melalui inbox. Kita berdua bisa berdiskusi tentang kritik atau saran yang mungkin bisa memperbaiki bab-bab yang sudah di upload dan yang akan datang. Tapi bagaimanapun, pelan tapi pasti, cerita ini akan saya usahakan untuk bisa selesai, jadi mohon doanya ya untuk pembaca dan follower sekalian.

Jadi, ini dia bagian 40, selamat membaca.

###

Kota Leon, Rumah persembunyian tim Hittin

Lily terbangun dari tidurnya. Kepalanya menoleh ke samping, mencari Imran yang seharusnya berada di sampingnya tadi malam.

"Master?"

Sayang sekali Imran sudah tidak ada di sampingnya ketika Lily terbangun. Entah kenapa Lily selalu khawatir ketika dirinya terbangun tanpa Imran di sampingnya seperti saat ini. Padahal hal ini bukanlah pertama kalinya, malah bisa dibilang hal semacam ini terjadi cukup sering ketika Imran dan rekan-rekannya pergi keluar untuk menjalankan misi mereka di malam hari. Lily mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, mungkin saja Imran masih berada di kamar. Suasana kamar yang sangat gelap pun bukanlah masalah mengingat dirinya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan penglihatannya di tengah kegelapan.

Dan benar saja Lily dapat menangkap sosok objek humanoid yang sedang berjongkok di dekat jendela yang terbuka sedikit. Kalau saja Lily adalah orang yang melihat penampilan sosok itu pertama kali, mungkin Lily akan berteriak panik. Tapi sosok itu sudah tidak asing lagi di mata Lily. Seragam loreng hitam, wajah yang tertutup kain, perangkat aneh yang menutupi matanya, helm yang warnanya senada dengan pakaiannya, dan senjata tongkat yang dapat membunuh dari jauh yang sekarang sedang diarahkan ke luar jendela. Lily tahu pasti bahwa sosok itu pastilah Imran yang baru saja dicarinya.

"Master? Apa yang sedang anda ...-"

"Sssstttt..."

Sosok humanoid itu menempelkan telunjuknya di depan mulutnya yang tertutup kain hitam. Lily sendiri tidak bisa memungkiri bahwa penampilan Imran saat ini memang cukup menakutkan dan mengintimidasi. Melihat gestur yang ditunjukkan oleh Imran, Lily pun menutup mulutnya dengan tangannya dan mengangguk pelan. Imran yang sempat melihat Lily terbangun kembali mengalihkan pandangannya lagi ke arah luar jendela.

Lily yang nampak penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Imran, mencoba untuk turun dari ranjangnya pelan-pelan. Sambil membawa selimut untuk menutup tubuhnya yang masih belum terbalut kain karena kegiatan yang dilakukannya tadi malam, Lili menyeret tubuhnya ke dekat jendela tempat Imran berjongkok.

Imran menatap Lily lagi sekilas untuk melihat apa yang dilakukan oleh Lily, lalu kembali menatap ke arah luar jendela melalui teropong senapannya. Kalau saja dirinya tidak sedang dalam misi, Imran pasti tidak akan membiarkan Lily menyeret tubuhnya seperti itu dan akan langsung bergerak menggendong tubuh Lily.

Sampai di samping Imran, Lily pun ikut mengintip ke arah luar lewat jendela yang terbuka sedikit. Ternyata diluar sana rumah yang mereka tempati saat ini sudah dikepung oleh anggota geng mafia dari salah satu mafia yang berkuasa di area kota bagian luar. Lily pun terkejut sampai harus menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tidak menimbulkan suara.

Lily yang sudah tinggal di kota itu selama berbulan-bulan di dalam kurungan pun juga pernah mendengar mereka dari desas-desus. Bahkan penjualnya dulu juga harus membayar biaya bulanan ke geng itu agar bisa tetap berjualan. Mereka terkenal suka membuat onar, mengusir siapa saja yang tidak mau membayar setoran ke mereka, dan lebih parahnya mereka juga tidak segan-segan membunuh orang-orang yang tetap memaksa menetap di wilayah mereka tanpa membayar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dan Begitulah Penerus Dinasti Utsmaniyah Berjihad di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang