Jenderal Ayyub baru saja memasuki kota Eklaire bahkan sebelum kota tersebut dinyatakan aman. Ayyub dengan menggunakan kendaraan Jip Jamal mengelilingi kota dan mengamati situasi setelah pertempuran. Ratusan prajurit Leonia yang menyerah dikawal dan digiring ke pinggiran kota. Sekelompok yang lain bahkan sudah selesai dikumpulkan dan didudukkan di tempat luas mendengarkan instruksi dari perwira militer.
Tentara Leonia terkejut dengan perlakuan tentara Ghazi. Tidak seperti perkiraan mereka yang mengira akan disiksa dan dipermalukan. Mereka justru diperlakukan dengan baik dan dibagikan makanan ringan dan minuman oleh tentara Ghazi. Puluhan atau bahkan ratusan tentara yang berniat memberontak di tengah penangkapan mereka seketika mengurungkan niatan mereka setelah melihat perlakuan dari orang Islam. Hanya mereka yang tetap melawan dengan keras kepala yang mendapatkan perlakuan kasar atau terkadang dieksekusi di tempat.
Setelah puas mengelilingi kota dengan diantar oleh dua pengawalnya yang duduk di depan jip, Ayyub meminta pengawalnya untuk menjalankan mobil ke pusat kota. Sejauh ini hanya sedikit penduduk sipil yang ditemui dan masih berlindung di rumah-rumah mereka. Sisanya masih belum ditemukan. Kemungkinan lainnya para penduduk berhasil mengungsi keluar kota, tapi hal itu terbantahkan dengan catatan dari pengendali Drone yang mengawasi kota sejak lama dan tidak melihat tanda-tanda penduduk mengungsi besar-besaran.
Hal itu menyisakan satu kemungkinan terakhir yang tersisa di pikiran Ayyub. Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Dari apa yang pernah dipelajarinya di sejarah abad pertengahan. Orang-orang di jaman tersebut selalu memilih tempat ibadah di pusat kota untuk dijadikan tempat perlindungan seperti yang terjadi di konstantinopel. Karena itu, Ayyub meminta pengawalnya untuk diantar ke gereja di pusat kota yang masih tegak berdiri tanpa tersentuh bom manapun.
Mobil pun berhenti di depan gereja dan Ayyub turun didampingi pengawalnya berjalan memasuki gereja. Di luar, pasukan Ghazi tampak berlalu lalang, menyiapkan pusat operasi baru di kastil kota Eklaire yang sebelumnya menjadi tempat pengibaran regu Ahmed dengan membawa berbagai peralatan militer atau sekedar mengamankan pusat kota dan melakukan tugasnya. Beberapa Kendaraan lapis baja juga terlihat terparkir di alun-alun kota.
Gereja besar yang ada di pusat kota tampak tertutup dan belum ada satu prajurit pun yang datang memeriksa ke dalam. Beberapa prajurit Ghazi tampak berjaga di sekitar gereja untuk mengamankan bagian luarnya. Salah satu dari prajurit yang berjaga di sekitar gereja tersebut adalah Ahmed, lengkap dengan pasukannya. Lussie dan Silvania duduk tangga kecil dekat gereja itu. Silvania yang sibuk dengan busurnya dan Lussie yang hanya diam mengamati tentara di sekitarnya dengan pandangan kagum.
Sampai di depan pintu, Jenderal Ayyub mencoba membuka gagang pintu utama yang ternyata dikunci dari dalam. Karena gagal membuka sendiri pintu tersebut, jenderal itu pun tidak langsung menggunakan cara kasar dan mencoba mengetuk pintu terlebih dahulu sambil berbicara dengan suara yang cukup lantang agar terdengar dari dalam.
"Siapapun yang ada dalam, kami minta agar kalian membuka pintunya. Kami sama sekali tidak berniat untuk menyakiti kalian."
###
Para warga kota yang saat ini berlindung di ruangan bawah tanah semakin ketakutan mendengar suara yang berasal dari luar pintu utama gereja. Mereka yang tadinya berdiri di dekat pintu seketika serempak menjauh dari pintu sebisa mungkin. Ibu dan anak saling berpelukan, begitu juga beberapa wanita yang menggendong bayinya mendekap bayi yang mereka gendong masing-masing. Tampak jelas ekspresi ketakutan di tiap raut wajah mereka. Seorang pendeta berdiri di depan para warga menghadap ke pintu dengan berpose seolah melindungi warga.
Mereka dapat mendengar keramaian di luar sana, mulai dari derap langkah kaki yang berlalu lalang sampai dengan suara dari banyak roda yang juga sering kali lewat. Orang-orang yang berada di luar pun terdengar menggunakan bahasa yang tidak dapat mereka pahami. Memang sebagian besar orang Scotia tidak memahami bahasa prancis yang digunakan Leonia, tetapi mereka juga tahu benar bahwa bahasa yang digunakan orang-orang ini bukanlah bahasa Leonia (Prancis). Satu-satunya jawaban yang tersisa adalah pasukan hitam yang sudah berkuasa di kota mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dan Begitulah Penerus Dinasti Utsmaniyah Berjihad di Dunia Lain
PrzygodoweSebuah kisah perandaian yang ditulis oleh seorang penggemar cerita Isekai yang menginginkan sebuah kebangkitan Islam. Menceritakan tentang Daulah Khilafah Utsmani yang berhasil dicegah dari keruntuhannya oleh Khalifah Abdul Hamid 2. Umat Islam berha...