Bagian 24 Pertempuran Udara

257 15 17
                                    

Ahmed pun sadar bahwa kali ini yang memeluk dirinya bukan Sylvania, melainkan...

""Cecilia?""

***

Ahmed benar-benar terkejut melihat Cecilia yang tiba-tiba berada di kota Anteinde lagi. Padahal jelas-jelas Cecilia sebelumnya telah ikut menaiki helikopter yang telah meninggalkan kota Anteinde beberapa jam yang lalu.

"Cecilia! Bagaimana bisa ada di sini? Dan apa yang kamu lakukan di sini? Seharusnya kamu berada di camp pengungsian kan?"

Ahmed mencoba melepaskan pelukan Cecilia, tapi hal itu tidaklah mudah karena pelukan Cecilia ternyata cukup erat. Di sisi lain, Sylvania yang melihat Ahmed dipeluk oleh Cecilia mulai merasakan api cemburu yang kembali menyala di dalam dirinya. Tanpa banyak bicara Sylvania mencoba ikut melepaskan pelukan Cecilia. Nyatanya bantuan dari Sylvania tidaklah cukup untuk memisahkan Cecilia dari Ahmed yang melekat layaknya lem.

"Ahmed! Aku merindukanmu, aku kemari untuk menemuimu kesatria penyelamatku!" Ujar Cecilia sambil menenggelamkan wajahnya di punggung Ahmed.

"Cecilia, tolong lepaskan, ini tidak sopan. Orang-orang menatap ke arah kita."

Cecilia yang nyatanya tidak peduli hanya menggeleng sambil tetap mengeratkan pelukannya di tubuh Ahmed. Entah Cecilia memang menyukai Ahmed sebesar itu atau hanya terobsesi karena Ahmed adalah penyelamat hidupnya. Ahmed tidak dapat membedakannya. Pemandangan Ahmed, Sylvania, dan Cecilia sudah seperti romansa komedi yang bahkan membuat beberapa prajurit di sekitar Ahmed tertawa cekikikan.

Tak lama kemudian sebuah jip Jamal memasuki area gudang bersama dengan kendaraan tempur lain yang membuat Ahmed menghentikan kegiatannya mendorong Cecilia dan memusatkan perhatiannya ke rombongan jip itu. Tidak salah lagi mereka adalah bagian dari batalion yang ditugaskan untuk membebaskan kota sekaligus menjadi pasukan bantuan yang dikirim untuk membantu pasukan di bawah komando Ahmed.

Dari jip Jamal turun sosok individu yang seragamnya secara sekilas sama dengan prajurit yang lain. Hanya saja sosok ini mengenakan tanda pangkat dan juga baret hitam dengan logo kekhalifahan Utsmani di kepalanya. Sosok tersebut adalah kolonel Umar yang ditugaskan untuk membebaskan Anteinde oleh Jenderal Ayyub. Kolonel Umar berjalan menghampiri Ahmed selaku penanggung jawab pasukan yang ada di Anteinde saat itu.

"Assalamualaikum kapten Ahmed"

Cecilia yang mengetahui ada orang lain yang mengajak bicara Ahmed akhirnya dengan sendirinya melepaskan pelukannya dan ikut menatap orang tersebut.

"Waalaikumsalam kolonel, saya ingin melapor bahwa misi mempertahankan dan membebaskan kota Anteinde telah selesai dilaksanakan." Balas Ahmed sambil menghormat ke kolonel Umar. Tangan Ahmed yang berpose menghormat baru diturunkan setelah kolonel membalas hormatnya.

"Alhamdulillah, Kerja bagus kapten, aku dengar kau telah mempertahankan posisimu dari serangan tentara Leonia yang jumlahnya kurang lebih satu divisi ditambah dengan armada laut Leonia. Aku turut berduka dengan beberapa anggotamu yang gugur di tengah operasi. Kau dan pasukanmu berhak mendapatkan hari libur untuk beristirahat, menenangkan badan dan pikiran kalian."

"Terima kasih kolonel. Semua ini tidak lain adalah karena pertolongan dari Allah dengan tepat waktunya bantuan armada laut kita yang datang. Jika saja armada laut kita terlambat, mungkin kami semua sudah menjadi syahid di tempat ini."

Kolonel Umar mengangguk.

"Kau benar, semua ini adalah pertolongan dari Allah yang memudahkan kita membebaskan kota ini dengan korban jiwa yang sedikit. Baiklah kapten, kalau begitu aku akan mengurus hal yang lainnya di tempat lain. Tapi sebelum itu, boleh aku tahu siapa gadis muda yang bersamamu ini? Aku lihat kalian berdua sepertinya cukup dekat." Sambil memicingkan matanya, kolonel Umar mengarahkan pandangannya ke Ahmed dan Cecilia.

Dan Begitulah Penerus Dinasti Utsmaniyah Berjihad di Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang