Xiao Zhan, seorang pemuda malas yang bercita-cita menjadi Cinderella, yaitu menikahi orang kaya agar hidupnya nyaman.
Suatu hari Zhan mengikuti sang kakak menghadiri perjamuan bisnis orang kaya di kapal pesiar. Tanpa diduga ternyata dia bertemu den...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
----- Happy Reading 💕 Jan lupa tinggalin jejak, yaw 😘
Chengdu, ibukota provinsi Sichuan, selama dua belas tahun berturut-turut mendapatkan predikat sebagai kota paling bahagia berkat sumber daya melimpah yang dimilikinya. Chengdu memiliki segudang julukan di antaranya The Land of Abundance, City of Brocade, sampai Country of Heaven.
Meski berada di lembah dengan pegunungan di sekelilingnya, pusat kota Chengdu berdiri megah. Gedung-gedung pencakar langit berjajar angkuh-gagah, menjulang tinggi seakan berlomba menembus awan yang hampir selalu memayungi kota itu.
Kesusksesan kota Chengdu tak lepas dari orang-orang yang bekerja keras di dalamnya. Di antara nama-nama keluarga yang berjasa membangun Chengdu, satu di antara mereka berada di posisi teratas, yang menguasai ekonomi kota. Orang-orang menyebutnya The Wang Empire.
Selama dua decade, kekuasaan mutlak kota Chengdu berada di tangan Wang Empire. Kepala keluarga Wang Empire, Wang Hongjin, adalah walikota Chengdu yang telah menjabat selama tiga periode. Harta Wang Empire yang berlimpah menjadi tiang penyangga yang kokoh sehingga kedudukannya tidak dapat digeser.
Pria bermahkotakan rambut putih itu saat ini sudah tua dengan usia 72 tahun, sedang duduk bersandar pada kursi kulit di balik meja kerjanya. Seorang asisten wanita, tinggi ramping dengan rambut yang disemir coklat kemerahan diikat ekor kuda, berdiri di sampingnya sambil menuangkan teh ke dalam cangkir kosong. Seorang asisten lain, pria jangkung dengan rambut klimis, berkacamata, tengah berdiri di hadapannya sambil membacakan laporan.
"Syukurlah kalau semuanya aman terkendali," ucap sang walikota.
Si asisten pria, Deng Wei, mengangguk. "Para pedagang kain yang bermain nakal itu telah diatasi. Dengan demikian harga kain di pasaran akan kembali normal dengan segera."
"Itu bagus," seru Hongjin sembari menerima angsuran cangkir dari asisten wanita di sampingnya yang bernama Pei Yuwen. "Aku ingin para pedagang nakal itu dikenakan sanksi denda yang tinggi supaya mereka jera."
Deng Wei mengangguk. "Aku akan segera memberitahu kepolisian pusat."
Hongjin menyesap teh satu kali, dua kali, sebelum meletakkan ke atas meja lalu berkata, "Yuwen, ada kabar apa di rumah?"
Si asisten wanita menunduk hormat sebelum menjawab. "Tuan Muda Mingshi—pertama—pergi berpesta seperti biasa dengan para kekasihnya. Tuan Muda Xiliang—kedua—pergi ke pacuan kuda dan telah kembali sebelum makan malam. Tuan Muda Yibo—ketiga—pergi berpesta di kapal pesiar dalam memenuhi undangan bisnis dari Queen Law. Nona Nana—pertama—pergi berbelanja, sedangkan Nona Zhuning—kedua—ada di rumah seperti biasa."
"Bagaimana kesehatan Zhuning?"
"Hari ini penyakitnya tidak kambuh."
"Hmn, syukurlah. Lalu Mingshi? Apa dia terlibat skandal lain lagi?"