Story 8

1.8K 270 34
                                    

--- Happy Reading 💕 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--- Happy Reading 💕 

Area 🔞🔞🔞


Saat Yibo masuk ke dalam kamar, Zhan telah berbaring dengan mata terpejam, tampak mengantuk. Sambil tersenyum Yibo berjalan menghampiri lalu berjongkok dan meraih kaki Zhan untuk membuka kedua sepatunya. Istrinya itu kelelahan sampai-sampai tidur tanpa membuka sepatu, pikir Yibo. Pakaiannya pun masih lengkap dengan jas pengantin. Pesta seharian penuh jelas sangat menguras tenaga. Jangankan Zhan yang tidak suka bekerja, dirinya saja sudah lelah sekarang.

Setelah melepas sepatu, Yibo mengangkat tubuh Zhan bermaksud melepaskan jas yang dipakainya tapi pemuda itu justru membuka mata.

"Kau sudah naik rupanya," gumam Zhan dengan suara mengantuk lalu berusaha bangun duduk.

Tangan Yibo menyentuh wajah Zhan. "Apa kau sudah sangat mengantuk?"

Zhan mengangguk. Secara refleks menyandarkan kepala di bahu Yibo. Kedua lengan pria itu melingkari tubuhnya.

"Kalau begitu tidurlah malam ini," ucap Yibo lembut.

Tiba-tiba Zhan mengangkat kepala. "Jadi kita tidak melakukan malam pengantin?"

Perlahan senyum Yibo mengembang. "Kau masih punya tenaga untuk melakukannya?" Ekspresinya jahil.

"Itu ...."

Yibo menangkup wajah Zhan. "Aku tidak akan memaksamu. Kita bisa melakukannya lain hari. Tidak harus malam ini kalau kau merasa lelah. Bukankah besok kita akan berbulan madu? Kita bisa melakukannya sampai puas di sana nanti."

Pembicaraan mengenai malam pertama pengantin membuat wajah Zhan tersipu karena diikuti kilasan adegan erotis yang membayangi otaknya, dan hal itu membuat kantuknya seketika menghilang.

Ia menatap ke dalam mata Yibo dan menelan ludah sebelum berkata, "Aku ... mau melakukannya malam ini." Rasanya malu karena ia yang memintanya lebih dulu. Di dalam dada, ritme jantungnya meningkat.

Yibo menyambutnya dengan senang hati. "Kalau begitu aku akan menjadi pria yang paling bahagia malam ini." Ia memiringkan wajah dan mendekatkan bibirnya ke bibir Zhan, menciumnya pelan dan lembut, tidak ingin membuat Zhan terkejut. Di luar dugaan, rasa dan sentuhan itu membuat jantungnya berpacu. Bibir Zhan yang lugu terbuka pasrah untuknya.

Yibo tidak ingin buru-buru. Karena itu, ia menghentikan ciuman dan mendengar Zhan mendesah pelan. Bibirnya gemetar saat ia menarik napas.

Sambil tersenyum lembut, Mata Yibo memandangi Zhan selama beberapa saat, tatapannya teduh dan membelai sama seperti ibu jarinya yang mengusap halus pipi Zhan. Kemudian, ia menurunkan kepala Zhan dan mendekatkan bibirnya ke kening pemuda itu, memberikan kecupan hangat di sana.

"Kita lakukan pelan-pelan," bisiknya.

Zhan mengangguk malu-malu. Yibo tahu bahwa istrinya itu pastilah sedang sangat gugup sehingga tidak dapat mengeluarkan suara. Namun, entah mengapa keluguan Zhan justru membangkitkan rasa sayang dalam dirinya, begitu juga dengan rasa bersalah yang berusaha ia singkirkan karena telah memanfaatkan pemuda itu demi rencananya. Yibo berjanji akan meminimalisir sekecil-kecilnya luka yang akan diterima Zhan kalau seandainya ia tahu kenyataan di balik pernikahan ini.

CINDERELLA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang