Story 15

1.6K 266 30
                                        

-------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------------------

Xiao Zhan menyapa Feirou ketika bertemu dengannya di ruang kerja yang sengaja dibuat tertutup.

Feirou membalas sapaan Xiao Zhan dan menyuruhnya duduk di sofa depannya.

"Maafkan aku, Xiao Zhan, karena harus mengatakan ini padamu," ujar Feirou tanpa basa-basi. Meski begitu, ia mengatakannya sambil tersenyum. "Kuharap kau dapat mengikuti peraturan di rumah ini jika ingin tetap tinggal di sini."

Caranya berbicara baik dan halus tapi tidak dengan niatnya. Xiao Zhan dapat menangkap kesan mengancam di dalamnya. Perkataan yang mengiris sedikit demi sedikit. Dan ia juga bisa melakukannya.

"Aku minta maaf, Ibu, karena bangun kesiangan hari ini sehingga merusak acara makan pagi Ibu." Xiao Zhan bersopan santun. "Aku sungguh lelah semalam. Ibu tahu, 'kan, maksudku." Ia berekspresi malu-malu, menginsyaratkan kalau mereka bercinta hingga larut, padahal yang sebenarnya tidak begitu. Ia memang malas bangun pagi ini. Efek dari liburan panjangnya.

"Aku sendiri tidak masalah," Feirou menjawab penuh pengertian. "Tapi yang aku takutkan adalah kau akan dijadikan bahan gunjingan para pelayan karena sikapmu yang seperti itu. Kau akan mempermalukan Yibo yang telah menikahimu. Mereka akan berpikir kalau Yibo salah memilih orang. Jangan sampai mereka berpikir seperti itu. Jangan tersinggung, Xiao Zhan, aku hanya ingin melindungimu dan Yibo."

Pemuda manis itu sadar kalau Feirou sedang menyindirnya secara halus. Ia tersenyum dan berkata dengan sama sopannya. "Terima kasih, Ibu. Aku sangat menghargainya. Aku percaya kalau Ibu akan melindungiku. Kau sangat baik." Tentu saja Xiao Zhan tidak percaya. "Bolehkah aku memberi saran?"

Feirou mengambil tangan Xiao Zhan dan menepuknya ringan layaknya seorang ibu. "Tentu saja. Kau adalah bagian keluarga ini. Meski bukan aku yang melahirkan, tapi aku adalah ibu Yibo, yang berarti aku juga adalah ibumu. Kau selalu dapat berbicara padaku tentang apa pun."

"Terima kasih, Ibu. Yang ingin kukatakan adalah ... kalau pelayan bergunjing tentang majikannya, bukankah itu artinya mereka tidak sopan? Seharusnya Ibu memecat mereka." Xiao Zhan melihat Feirou terkesiap sesaat, tapi ia berusaha menutupi dengan senyumnya. "Kalau mereka bergunjing tentangku itu artinya mereka tidak menghormatiku sebagai bagian keluarga ini, kalau mereka tidak menghormatiku, berarti mereka juga tidak menghormatimu, Ibu. Karena itu, perilaku mereka yang suka bergunjing sungguh tak pantas. Aku ingin Ibu dapat bertindak tegas pada mereka. Kalau dibiarkan saja, aku khawatir orang lain akan terkesan kalau pelayan di rumah ini suka bergunjing dan itu memperburuk nama keluarga kita."

Masih dengan senyum di wajah, Feirou melepaskan tangan Xiao Zhan, lalu menyentuh anting yang terlihat berat di telinganya. Menyalurkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerang. "Kau benar. Mereka memang harus ditindak tegas." Feirou menyetujui dengan enggan.

Senyum Xiao Zhan sumringah. "Terima kasih, Ibu. Aku berjanji akan bersikap baik. Biar bagaimana pun, tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Kalau tidak diberi bahan gosip, mereka tentu tidak akan membicarakan orang-orang di dalam rumah ini. Aku sendiri juga harus menjaga sikapku, benar, 'kan, Bu? Jadi kita tidak boleh terus-menerus menyalahkan pelayan, karena bukan sepenuhnya salah mereka."

CINDERELLA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang