Story 9

1.7K 261 64
                                    

---- Happy Reading 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---- Happy Reading 💕

"Tidak jadi ke Paris?"

Zhan mengulangi apa yang dikatakan Yibo sebelumnya saat mereka dalam perjalanan ke bandara untuk berbulan madu.

Jantung Zhan berpacu. Ia sudah memikirkan banyak kegiatan yang dapat mereka lakukan di Paris sebagai langkah awal menikmati hidup mewahnya. Pemandangan di sana sangat indah, dan Zhan sudah menyiapkan agenda tempat wisata mereka selama di sana.

Namun, tahu-tahu Yibo memberitahu kalau mereka tidak jadi ke Paris karena ada perubahan dari Feirou. Ibu tirinya itu memberikan mereka sebuah pulau pribadi sebagai hadiah pernikahan, yang telah diatur untuk menyambut bulan madu mereka. Sebenarnya liburan macam apa yang telah direncanakan oleh Feirou?

"Apa kau keberatan?" tanya Yibo lembut seraya mengambil tangan Zhan dan menggenggamnya.

Tentu saja ia keberatan, tapi apa yang bisa diperbuatnya? "Bagaimana denganmu?" Zhan lebih ingin tahu reaksi Yibo.

"Aku tidak ingin memulai pernikahan kita dengan menyinggung ibuku."

Zhan mengangguk pelan. Ia dapat mengerti maksud Yibo. "Memang mengesalkan karena tidak jadi pergi ke Paris," ucapnya pelan.

Yibo sudah dapat menduganya. "Kita bisa pergi setelah ini, bagaimana?"

Mata Zhan yang menatap Yibo memancarkan sedikit kebingungan. "Apa tidak apa-apa kau meninggalkan mamamu begitu lama?"

Zhan dapat merasakan keresahan hati Yibo walau pria itu berusaha menampakkan senyumnya.

"Kita pergi lain kali saja," sahut Zhan. "Tidak masalah ke mana kita akan pergi berlibur. Pulau pribadi juga bagus. Yang penting judulnya tetap sama. Liburan bulan madu."

Kelegaan yang melingkupi Yibo, terpancar dari ekspresinya. Ia tersentuh karena Zhan dapat mengerti serta mengutamakan perasaannya.

"Terima kasih karena sudah mengatakan itu," ucapnya tulus. Kalimat berikutnya juga berasal dari relung hatinya yang terdalam. "Aku suka istriku cukup peka dan bisa beradaptasi dengan keadaan di sekelilingku. Aku berjanji akan membahagiakanmu."

Zhan menjemput bibir Yibo yang menuju ke arahnya. Untuk ukuran pasangan yang menikah karena sebuah kesepakatan, mereka termasuk cocok satu sama lain. Dapat memahami dan menyesuaikan diri secara natural seperti pasangan yang dimabuk cinta.

Cinta?

Tampaknya kata itu masih jauh dari kehidupan pernikahan mereka yang baru saja dimulai. Cinta belum terbesit dalam benak masing-masing. Saat ini mereka hanya menjalani hidup bersama sebagaimana semestinya sebuah pernikahan dijalankan, dan tanpa cinta.

* * *

"Itu dia. Tepat di bawah sana."

Zhan melihatnya, dan tidak dapat mempercayai matanya. Ia belum pernah melihat warna yang begitu jelas. Hijau rimbun dan pasir putih pucat, air biru jernih. Pohon-pohon palem. Pemandangan itu seakan jelmaan dari mimpi yang ia sendiri tidak sadar telah memimpikannya.

CINDERELLA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang