Story 6

1.7K 279 112
                                    

----- Happy Reading 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----- Happy Reading 💕

Hari Sabtu, Yibo mengunjungi rumah Zhan sambil membawa banyak barang untuk diberikan kepada calon mertuanya sekaligus memberitahu kalau ia akan menikahi Zhan. Kedatangannya sudah seperti acara lamaran kepada mempelai wanita.

Zhan menyambut dengan riang kehadiran Yibo, termasuk semua barang pemberian pria itu yang memenuhi setengah dari ruang tamunya.

Dengan bangga ia memperkenalkan sang kekasih kepada ibu serta kakaknya. Ibu dan Yu tak henti-hentinya tercengang. Pertama, karena penampilan Yibo yang tampan dan bersih. Kedua, karena statusnya. Mulut mereka menganga lebar saat Yibo memperkenal diri sebagai cucu dari Wang Hongjin.

"Kau sungguh adalah cucu Wang Hongjin?" Wajah Nyonya Xiao tak henti-hentinya terkejut "Wang Hongjin yang itu ... walikota Cheng ...." Ia tak sanggup melanjutkan. Baginya ini seperti mimpi.

Yibo tersenyum sopan. "Benar, Bibi. Dia kakekku."

Seketika Nyonya Xiao menutup mulutnya yang menganga dengan tangan.

"Kau dari Wang Empire?!" Giliran Yu yang berseru kaget. Entah ia bertanya atau sedang membuat kesimpulan.

Zhan terkekeh penuh kemenangan. "Aku kan sudah bilang. Kalian tidak percaya, sih?" sahutnya bangga seraya mengapit lengan Yibo di sisinya. "Kami akan menikah."

"Me-me-menikah?" Nyonya Xiao benar-benar tak bisa mempercayainya. Ia tak mengerti mengapa masih sadar setelah kejutan beruntun yang dialaminya, padahal ia sempat terhuyung sehingga Yu segera menopang lengannya. "Tapi Tuan—"

"Yibo, Bibi," sela pria itu cepat. "Panggil saja Yibo."

"Ta-tapi ...."

Yibo menggeleng pelan. "Karena aku akan segera menikahi Zhan Zhan, itu artinya aku adalah calon menantu Anda. Jadi Bibi tak perlu sungkan padaku. Panggil saja aku Yibo."

Nyonya Xiao tak sanggup berkata-kata. Lebih tepatnya, ia kehilangan kata-kata. Kepalanya mendongak menatap Yu yang juga berbalik memandangnya terheran. Sorot mata keduanya mencerminkan keterkejutan yang dialami.

"Kupikir lebih baik Ibu duduk dulu." Zhan menuntun ibunya menuju salah satu sofa dan mendudukkannya.

Detik berikutnya, mereka semua telah duduk sementara Yu pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Tak sampai lima menit, lelaki itu sudah keluar sambil membawa nampan berisi teko serta empat cangkir yang kemudian diletakkan ke atas meja. Yu menuangkan satu untuk ibunya terlebih dahulu supaya wanita itu dapat rileks, sedangkan Zhan menuangkan satu untuk Yibo.

"Minumlah," ujar Zhan sambil mengangsurkan cangkir berisi teh hangat kepada Yibo.

Pria itu menerimanya dan tersenyum. Kata "Terima kasih," dituturkan sebelum ia menyesap minumannya.

Diam-diam Ibu dan Yu memperhatikan adegan tersebut. Bagi mereka, terasa sangat mustahil kalau Zhan dapat melayani Yibo dengan begitu baik. Pemuda itu selalu menolak dengan alasan malas jika disuruh melayani tamu. Namun, tentu saja Zhan akan berprilaku baik kalau dia sedang ada maunya. Bagi Zhan, Yibo pasti adalah sumber uangnya sehingga ia bersikap manis terhadap pria itu. Begitulah yang dipikirkan oleh mereka berdua.

CINDERELLA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang