Bab 148. Menemui

57 1 1
                                    

Bab 148. MENEMUI.
★★★

"Huppffff,,,?" Aku terbangun dari tidurku.

"Ada apa Bening? Kamu begitu shock banget gitu. Kamu mimpi apa?" Riko ikut terbangun juga.

Ternyata apa yang ku alami hanyalah mimpi...

"Aku cuma mimpi, he he,,," aku hanya bisa tertawa lirih untuk menutupi kekakuan yang ku rasakan akibat mimpi yang ku alami barusan.

Seandainya itu bukan hanya sekedar mimpi tapi kenyataan alangkah bahagianya hatiku.

"Mimpi apa, coba cerita?" sambil menaikan alisnya, dengan senyum cool hal itu membuatku berdebar.

"Bukan apa apa. Berani macam macam,,," ancamku ku buka telapak tanganku tepat di wajahnya dengan membulatkan mata.

"Lha dari tadi kamu meluk aku, situ kok sewot. Tuh, tanganmu masih ngusap dadaku,,,! Tadi bukan mimpi, tapi nyata" aku-nya mengerling penuh arti hal itu membuatku menjauh, tanpa sadar ku usap bibirku, memang ada yang aneh. Sedikit basah hingga tatapanku menajam.

"M-maaf, tadi kamu tertidur,,,"

"Kamu ambil kesempatan ya,,,"

"Kagak nahan"

Ku pukul dadanya, aku tahu itu tidak sungguh sungguh.

"Aduh! Akghhh,,,,!" Riko pura pura lebay.

"Sudah aku mau kembali"

"Nanti malam, kesini?"

"Entahlah, aku tidak tahu. Ooiya,,, aku ada urusan"

"Mau menemui Alex,,,"

"Bukan, tapi Ki Ageng!" tegasku, tapi tetap saja hal itu tidak membuat Riko percaya begitu saja.

Aku beranjak...

"Tunggu"

Lagi lagi menahanku, hingga saat aku beranjak tertahan bahkan diujung bad, begitu pun Riko.

"Hummm,,,"

Secepatnya Riko menciumku singkat penuh rasa dibibirku. Hingga untuk sesaat mataku membulat bukan itu saja aku membeku ditempatku untuk beberapa saat lamanya.

Tanpa ku sadari ku melangkah gontai dengan tatapan kosong menerawang, keluar kamar seperti linglung.

Beberapa saat, aku dikagetkan...

"Nak dari mana, mukamu kusut begitu, ada apa nak?" Pertanyaan bertubi tubi dilontarkan oleh ibu. Rasanya pikiranku masih kosong. Mimpi tadi serta apa yang dilakukan oleh Riko membuatku amnesia.

"Nak, nak,,," panggil ibuku, sesaat ku perhatikan dalam keadaan bersih, makin cantik dengan rambutnya yang sedikit basah. Mungkin ibu baru selesai mandi, bahkan saat aku keluar tadi orang tuaku masih asik indehoian dikamar, bahkan salamku pun tak terjawab karena keduanya keasikan bercumbu.

"Iya bu, Assalamualaikum,,," walaupun terlambat tidak apa-apa. Ibu selalu saja penuh senyum, jarang terlihat sedih. Ayah pun juga sangat mencintai ibu.

Ibu pun membalas, lalu memperhatikanku dengan helaan nafas pelan.

Pikiranku masih terasa kosong. Haruskah aku jujur mengenai apa yang terjadi sama ibu atau hanya saja serta merahasiakan seumur hidupku. Apakah ibu nanti tidak marah atau membenciku setelah ku cerita semuanya serta tahu yang sebenarnya. Sekalipun ibu tidak mempermasalahkannya, begitupun ayah juga sama.

Ya Alloh!

Aku duduk santai, melihat kearah tv tapi rasaku hampa.

Bahkan saat ibu duduk didekatku aku seperti tidak merasakan kehadirannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjerat Mimpi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang