bab 130. Baik baik saja

95 10 0
                                    

Bab 130. Baik baik saja
★★★

Detak jantungku kian berpacu tak menentu, gemuruhnya makin menjadi jadi, aku berusaha untuk meredakan tapi tidak ada hasilnya hingga kehabisan akal.

Terlebih saat ku pejamkan mataku, bayangan Riko yang hanya toples tampak nyata didepanku bahkan saat ku pejamkan rapat matanya bayangan nampak makin nyata dan jelas, tersenyum penuh pesona membuatku terhanyut.

"Bening,,, Bening,,, lihat aku, kenapa kamu tidak mau melihatku?, malah memejamkan terus. Bening,,,"

Entah mengapa aku ketakutan jika beradu tatap dengan Riko. Tapi Riko selalu memaksaku terus bahkan menyentuh.

Perlahan ku buka mataku karena Riko memaksa, hingga apa yang ku duga tadi benar adanya.

Ku pura pura menguap tapi tidak ku arahkan padanya...
"Ada apa Riko,,, aku-,,,?"

"Lemah, gitu aja udah ngantuk, huh,,," sungutnya kesal.

"Lagian besok sekolah kan. Ini sudah malam aku ngantuk. Kamu menyuruhku nemeni kamu tidur kan?"

"Iya, tapi aku belum ngatuk"

"Lalu aku harus nemeni kamu begadang. Aneh aneh aja. Ogah! Kamu melek aja diri,,, huh" sungutku rada kesal dengan kelakuannya.

"Masa kamu molor, sedangkan aku melek sendirian. Terus gunanya kamu apa suruh nemeni aku disini?"

"Gak aku pikirin. Besok sekolah, aku gak mau ngantuk dikelas karena tidurnya malam malam"

"Kamu bawa hp kan"

Hampir aku tak menyentuh namanya hp walaupun punyaku bukan hp ecek ecek, walaupun tidak sebagus milik Riko karena anak orang kaya, jadi hpnya yang merk apel di gigit yang jika dibeli tanah dikampung dapat lahan sebidang dengan ukuran 50 meter x 100 meter, dan hal itu gak akan ngaruh buat keuangan milik keluarga Sanjaya walaupun beli hp merknya itu.

"Jarang"

"Saat ini!" desaknya dengan tatapan tajam.

"Nggak" jawabku datar, males meladeninya kalau seperti ini ujung ujungnya debat, debat dan debat. Aku akan berusaha jika hal itu tidak terjadi aku capek jika harus debat terus dengan Riko, gak akan pernah selesai.

Riko lalu bangkit, ku ikuti dengan ekor mataku, dia menuju kearah lemari yang berjejer, rapi serta membuka salah satu pintunya.

Aku sudah tidak memperhatikannya lagi karena sibuk dengan pikiran ku sendiri.

Sesaat kemudian Riko telah balik lagi ketempatnya semula, aku bisa merasa hal itu, duduk dengan tenang sedangkan ditangan ada sebuah kotak, aku tidak tahu kotak apa itu, warna putih.

Ada helan pelan, sepertinya Riko sedang merenung.

Aku menunggu apa yang akan dilakukan nya.

Lalu...

"Ini buat kamu,,," sodornya, menyerahkan kotak itu kearahku karena aku masih rebahan santai di badnya yang sangat nyaman dengan suasana sejuk yang gak bikin gerah.

"Itu apa?" Aku belum menerimanya, tangannya masih diulurkan kearahku.

"Hp,,," balas nya singkat tanpa menjelaskan itu hp merk apa.

Jika pun aku melihatnya dengan seksama mungkin aku tidak akan percaya atas apa yang dikasihnya.

"Buat apa? Aku sudah punya sendiri, yah walaupun tidak sebagus milikmu yang ada gambar apelnya itu" aku juga tidak tertarik dengan pemberiannya.

"Sombong! Kalau kamu tahu ini hp merknya apa kamu pasti shock" gerundelnya tidak begitu jelas. Aku juga tidak peduli, kali ini rasa kantukku berkurang.

"Sebenarnya, hp ini ku bawa sampai ke kampung. Kamu ingat kejadian dirumahnya Ferdy, hp ini akan ku berikan padamu sebagai kejutan. Tapi, kamu keburu marah marah gak jelas hingga aku emosi juga"

Penjerat Mimpi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang