Bab 147. Sebuah awal...

25 0 0
                                    

Bab 147. SEBUAH AWAL...
★★★

"Ouugghhh! Yeahh!"

"Hesss,,,! Hemm,,,! Kikikiiikk,,, hesss!"

Lenguhan jantan, ditingkahi dengan jeritan jeritan kenikmatan terdengar dari kamar kedua orang tuaku.

Yeah!

Desahku pelan, karena aku salam pun percuma karena dari depan pintu tadi sudah mengucap salam hingga aku pun masuk.

Mendapati suara suara aneh!

Yang ku tahu itu desahan orang orang dewasa yang sedang bercinta.

Di meja sudah disiapkan makanan untuk makan siang, dipersiapkan ibu makan siang untukku.

Desahan itu masih sayup ku dengar hingga sampai ke kamar. Erangan serta jeritan manja terdengar saling tindih. Penuh kenikmatan.

Hal itu mengingatkanku akan kenangan bersama, Angga, mas Surya, Riko maupun mas Kharisma, juga Ferdy semua bagai film yang terputar di otakku silih berganti.

Kebersihkan diri dari kepenatan dari aktivitas seharian yang ku lakukan hingga kini aku merasa fresh. Rasanya sudah ringan baik hati juga pikiranku.

Kembali pikuranku terimgat dengan Raya kembali...

"Akan aku coba Raya. Aku akan bicara lagi pada Riko demi untuk memperbaiki hubunganmu dengan Riko"

"Berjanjilah!"

"Tentu"

Aku keluar dari kamar untuk mengisi perutku yang lapar.

Alhamdulillah!

Kedua orang tuaku belum juga keluar dari kamar, mungkin masih asik,,,?

Ku susuri jalanan terbuat batako yang dibuat segilima serta ditata sangat apik dikelilingi rumput hias hingga mata memandang tak akan pernah bosan.

Hingga aku pun lewat belakang, hingga aku masuk kedalam. Keadaan lengang, hingga terus ku langkahkan kaki hingga sampai pada lantai dua kamar milik Riko.

Tok, tok, tok,,,

"Assalamualaikum!" Ku edarkan pandanganku, memastikan apa ada orang atau siapapun karena tak ingin gegabah ambil tindakan.

Kembali ku ketuk pintu kamarnya...

"Ada apa?" sungutnya terganggu.

"Kebiasaan" ku lakukan hal sama seperti yang dilakukannya.

"Waalaikum salam! Ada apa?" Masih dengan wajah juteknya.

",,, Itukan bagus. Mau membahas soal Raya. Lebih baik gak usah" juteknya, masih sama berdiri berhadapan.

"Ya, sudah lah,,," ku putar tubuh karena respon Riko tidak menyenangkan.

"Tunggu!" tahannya maju sedikit kedepan, tanganya ingin menggapaiku, tapi tidak sampai.

"Ada apa lagi?" Kali ini sikapku melunak. Menunggu apa yang akan dilakukan oleh Riko.

"Masuklah" tegasnya, namun sikap melunak, senyummu tidak ada. Sepertinya Riko sangat sensitif sekali jika mengenai Raya. Entah apa yang menyebabkannya seperti itu.

Aku masih ragu mau masuk, termangu didepan pintu.

"His, ayo,,,!" Sungut Riko tidak sabaran karena aku hanya berdiam diri.

Tanganku ditariknya ku lalu didudukan dibad mengikuti nya.

"Pasti kamu dibujuk sama Raya kan supaya aku balikan sama dia" tatapnya tajam. Sepertinya tahu apa yang akan aku sampaikan.

Penjerat Mimpi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang