P R O M I S E -36-

690 80 25
                                    

"Maaf merepotkanmu, seharusnya kau dan Yuta kembali ke Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf merepotkanmu, seharusnya kau dan Yuta kembali ke Jepang... tapi  kalian terpaksa refund," sesal Taeyong.

Hina tersenyum kecil, "santai saja... lagipula kami tidak terburu-buru. Lagipula tugas kami menjadi temanmu, terutama kau sedang kesulitan. Jangan merasa sendiri."

Yuta merangkul Taeyong, "benar apa kata Hina... kau tidak perlu khawatir."

Taeyong mengangguk, dia benar-benar beruntung memiliki teman baik seperti Yuta dan Hina.

"Sekarang ayo kita pergi," Yuta menarik Taeyong untuk pergi ke kantor polisi. Karena tadi, pihak kepolisian menghubungi Taeyong soal kasus kecelakaan Jeno tempo hari.

Sementara itu, Hina kembali ke ruang rawat Seoyeong. Hina bisa melihat Seoyeong yang menatap kosong ke arah jendela yang mengarah ke langit cerah. Sebagai sesama perempuan, Hina bisa merasakan bagaimana sakitnya kehilangan.

"Bibi Seoyeong," panggil Hina.

Seoyeong menoleh dan tersenyum kecil, "kau temannya Taeyong?"

Hina mengangguk, "aku Hina..."

Seoyeong menyuruh Hina duduk di sampingnya, "aku menyuruhmu duduk di sampingmu, bukan di kursi itu."

Hina menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedikit canggung saat duduk di brankar di samping Seoyeong. Tubuh Hina membeku saat Seoyeong mengusap kepalanya. Sudah lama, dia tidak merasakan usapan lembut dari seorang ibu.

"Terima kasih sudah selalu mau bersama Taeyong, selalu membantunya. Maaf jika dia merepotkanmu atau ada sikapnya yang tidak mengenakkan padamu... terkadang Taeyong agak kekanakan. Terimakasih sudah sabar dengannya, baik dalam pekerjaannya atau kehidupannya," ucap Seoyeong.

"Tidak masalah, aku senang memiliki teman seperti Taeyong... lagipula itu sudah menjadi tugasku sebagai balas budi pada paman Donghae," balas Hina.

"Kau anak yang baik, kau pasti mendapatkan sosok yang baik untuk masa depanmu."

Hina tersenyum mendengarnya, padahal belum ada satu jam ia mengenal ibu dari Taeyong. Tapi dia bisa merasakan kehangatan dari wanita di sampingnya. Bahkan Seoyeong masih bisa tersenyum, setelah kabar hilangnya Jeno. Meski matanya menunjukkan kekosongan.

Seoyeong membeku saat Hina tiba-tiba memeluknya. "Jika bibi ingin menangis, menangis saja... lepaskan semuanya. Dan yakinlah, jika Jeno akan segera kembali padamu."

Tepat setelah Hina mengatakan itu, tangis Seoyeong yang pecah dipelukan Hina. Sejak sadar dari pingsannya, Seoyeong berusaha mengontrol dirinya untuk tidak menangis dihadapan Taeyong, dia juga mengontrol emosinya dihadapan putra sulungnya. Alasannya, Seoyeong tidak ingin jika putra sulungnya itu semakin kalut melihat kondisinya. Seoyeong sama khawatirnya pada kondisi Jeno dan Taeyong. Dia tidak ingin kedua putranya itu terluka. Dia tidak ingin lagi menaruh luka pada kedua putranya, cukup yang lalu biarlah berlalu tanpa diulangi di masa kini.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang